Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tarif Besar Trump Segera Berlaku, Siapa yang Paling Terdampak?

April 04, 2025 Last Updated 2025-04-04T07:15:46Z


Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengumumkan kebijakan tarif terbesar selama masa kepemimpinannya.


Meski rincian aturan ini masih belum jelas, beberapa negara diperkirakan akan merasakan dampaknya lebih besar dibanding yang lain.


Dilansir CNBC, Trump menyebut tarif baru ini sebagai "tarif timbal balik" yang akan dikenakan pada negara-negara dengan tarif tinggi atas produk AS atau memiliki kebijakan perdagangan yang dianggap tidak adil.


Pengumuman akan dilakukan Rabu (2/4/2025), yang ia sebut sebagai "hari pembebasan" bagi AS.


Namun, banyak aspek dari kebijakan ini yang masih belum jelas, termasuk daftar negara yang terdampak, cara penghitungan tarif, serta negara mana yang akan terkena dampak paling besar.


Siapa yang Akan Terkena Dampak?


Trump menyebut kebijakan tarif ini sebagai langkah strategis untuk mengatur ulang hubungan dagang AS dengan dunia.


Namun, beberapa pejabat pemerintahannya mengindikasikan fokus yang lebih spesifik terhadap negara-negara tertentu.


Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam wawancara dengan Fox Business pada 18 Maret, menyebut adanya "Dirty 15"—sekelompok negara yang memiliki tarif tinggi dan hambatan perdagangan lain terhadap produk AS.


Namun, ia tidak merinci daftar negara tersebut.


Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, Kevin Hassett, dalam wawancara terpisah mengatakan pemerintah sedang mengawasi 10 hingga 15 negara yang menyumbang "seluruh defisit perdagangan triliun dolar AS".


Ia juga tidak mengungkap nama negara-negara tersebut.


Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS tahun 2024, negara-negara dengan defisit perdagangan barang tertinggi dengan AS adalah:


- China


- Uni Eropa


- Meksiko


- Vietnam


- Irlandia


- Jerman


- Taiwan


- Jepang


- Korea Selatan


- Kanada


- India


- Thailand


- Italia


- Swiss


- Malaysia


- Indonesia


- Prancis


- Austria


- Swedia


Sementara itu, Kantor Perwakilan Dagang AS mencantumkan 21 negara yang masuk dalam daftar "kepentingan khusus" mereka.


Negara-negara ini termasuk anggota Kelompok 20 (G20) serta negara lain yang memiliki defisit perdagangan besar dengan AS. Daftar ini mencakup:


- Argentina


- Australia


- Brasil


- Kanada


- China


- Uni Eropa


- India


- Jepang


- Korea Selatan


- Malaysia


- Meksiko


- Rusia


- Arab Saudi


- Afrika Selatan


- Swiss


- Taiwan


- Thailand


- Turki


- Inggris


- Vietnam


Hingga kini, Gedung Putih belum memberikan pernyataan resmi terkait rincian tarif baru maupun daftar "Dirty 15".

 

Ketidakpastian Kebijakan


Trump menambah kebingungan soal tarif ini dalam pernyataannya pada Minggu lalu. Ia menyebut kebijakan ini tidak hanya menyasar 10 atau 15 negara, melainkan "semua negara" tanpa batasan.


Trump berulang kali menyatakan bahwa defisit perdagangan AS terjadi karena mitra dagang "mengambil keuntungan" dari AS.


Namun, banyak ekonom berpendapat bahwa defisit perdagangan tidak selalu buruk, melainkan cerminan dari tingginya permintaan domestik terhadap barang yang lebih murah dari luar negeri.


Kebijakan Tarif Trump Sebelumnya


Tarif baru ini akan menambah daftar panjang kebijakan perdagangan Trump yang telah diterapkan, termasuk:


- Tarif menyeluruh terhadap produk dari China


- Tarif tinggi terhadap produk Kanada dan Meksiko yang dianggap tidak sesuai dengan perjanjian perdagangan trilateral


- Tarif pada impor baja dan aluminium


- Tarif atas mobil asing dan suku cadang utama


Selain itu, Trump juga mempertimbangkan tarif tambahan pada beberapa sektor industri, termasuk farmasi.


Kebijakan ini berpotensi memicu respons keras dari negara mitra dagang, yang dapat memperburuk ketegangan perdagangan global.

×