Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Perang Ekonomi Makin Panas, Cina Peringatkan Negara Lain Tak Berpihak ke Amerika

April 22, 2025 Last Updated 2025-04-22T04:21:59Z


Cina memperingatkan negara-negara mitra dagangnya agar tidak menyerah pada tekanan AS untuk mengisolasi Tiongkok di tengah perang dagang kedua ekonomi terbesar dunia itu. 


Peringatan ini dikeluarkan Kementerian Perdagangan Cina yang mengomentari laporan media baru-baru ini tentang rencana pemerintahan Trump untuk menekan negara-nega, ra lain  untuk membatasi perdagangan dengan Tiongkok dengan imbalan pengecualian tarif AS.


"Sikap lunak tidak mendatangkan perdamaian, dan kompromi tidak mendatangkan rasa hormat," ujar Juru Bicara Kementerian Perdagangan Cina dalam sebuat pernyataan, seperti dikutip dari CNN, Selasa (21/4). 


Ia mengibaratkan tindakan AS dengan mengutamakan kepentingan pribadi dan mengorbankan orang lain tidak akan mencakup apa pun dan justru merugikan orang lain dan diri sendiri. Ia pun menegaskan, pihaknya menetang pihak mana pun mencapai kesepakatan dengan AS, yang mengorbankan kepentingan Cina.


"Jika situasi seperti itu muncul, Tiongkok tidak akan menerimanya dan akan dengan tegas mengambil tindakan balasan timbal balik,"  kata juru bicara itu.


Peringatan keras itu muncul menyusul serangan gencar pemimpin Tiongkok Xi Jinping di Asia Tenggara. Xi menampilkan Tiongkok sebagai mitra yang dapat diandalkan dan pembela setia perdagangan global, sangat kontras dengan gejolak tarif dan ketidakpastian kebijakan pemerintahan Trump.


Cina dan AS mengenakan tarif yang sangat tinggi satu sama lain dalam pertikaian  dagang yang meningkat dengan cepat. Perang dagang ini mengguncang pasar global, mengganggu rantai pasokan, dan memicu ketakutan akan resesi.


Pada 9 April, Trump  menunda kebijakan tarif resiprokal pada sebagian besar negara selama 90 hari, tetapi mengobarkan  perang dagang bersejarahnya secara langsung pada Tiongkok, menaikkan pungutan atas impor Tiongkok hingga 145%. Banyak negara berharap  dapat menegosiasikan kembali  tarif dengan AS sebelum penangguhan berakhir.


Namun, Cina membalas dengan menaikkan tarif atas barang-barang AS hingga 125% dan menambahkan lebih banyak perusahaan Amerika pada daftar kendali ekspor dan daftar entitas yang tidak dapat diandalkan. Beijing juga bergerak untuk menekan industri-industri utama AS, membatasi jumlah film Hollywood yang ditayangkan di negara itu, dan mengembalikan sedikitnya dua jet Boeing yang dimaksudkan untuk digunakan oleh maskapai penerbangan Tiongkok ke AS.


Dengan AS dan Tiongkok yang saling berebut tarif, tidak ada pemimpin yang mengalah. Keduanya berupaya membangun koalisi negara-negara yang luas untuk melawan yang lain.


The Wall Street Journal melaporkan minggu lalu bahwa pemerintahan Trump berencana untuk menggunakan negosiasi tarif yang sedang berlangsung untuk menekan mitra dagang AS agar membatasi transaksi mereka dengan Cina. 


Idenya adalah untuk mendapatkan komitmen dari mitra dagang AS guna mengisolasi ekonomi Tiongkok sebagai imbalan atas pengurangan hambatan perdagangan dan tarif yang diberlakukan oleh Gedung Putih.


Komitmen tersebut, mencakup larangan Tiongkok mengirimkan barang melalui negara mereka, mencegah perusahaan Tiongkok mendirikan usaha di wilayah mereka untuk menghindari tarif AS, dan tidak menyerap barang-barang industri murah Tiongkok ke dalam ekonomi mereka.


Cina saat ini tengah berupaya memanfaatkan kekacauan dan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh Trump dan menggalang dukungan negara-negara lain.


Dalam lawatan luar negeri pertamanya tahun ini, Xi mengunjungi Vietnam, Malaysia, dan Kamboja minggu lalu, menandatangani serangkaian perjanjian kerja sama bilateral dan berjanji menegakkan perdagangan bebas dan terbuka. Ketiga negara yang bergantung pada ekspor tersebut dikenai tarif "timbal balik" AS hingga 49% sebelum tarif tersebut dihentikan sementara.


Pejabat Cina juga telah melakukan panggilan telepon dan pembicaraan dengan mitra-mitranya di Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa untuk mendorong kerja sama ekonomi yang lebih erat.


Namun, meskipun negara-negara tampak menerima upaya Beijing, mereka juga khawatir akan dibanjiri barang-barang  Cina murah yang kini tidak dapat masuk ke pasar AS karena tarif yang sangat tinggi dan risiko memprovokasi Trump karena berpihak pada Tiongkok. Catatan Beijing sendiri tentang pemaksaan ekonomi, praktik perdagangan yang agresif, dan sikap militer yang tegas di kawasan tersebut juga tidak membantu.


Elizabeth, seorang peneliti senior di Hoover Institution di Universitas Stanford mengatakan, negara-negara tidak "memanfaatkan kesempatan untuk bermitra dengan Tiongkok."


"Bagi banyak negara ini, bahkan ketika Tiongkok adalah mitra dagang yang lebih besar, Amerika Serikat sering kali merupakan pasar ekspor yang jauh lebih besar. Jadi, mereka juga memiliki kepentingan yang signifikan terhadap ekonomi AS," katanya.

×