Nilai tukar rupiah ke dollar Amerika Serikat (AS) terus melemah dan mencapai level psikologis Rp 16.830 per dollar AS.
Dikutip dari data Bloomberg, kurs rupiah sebelumnya menyentuh Rp 17.171 pada Senin (7/4/2025) menurut non-deliverable forward (NDF).
Nilai ini semakin melemah hingga tergerus 148 poin dari posisi sebelumnya pada pukul 08.14 WIB.
Lantas, apa penyebab nilai tukar rupiah terus menurun?
Penyebab nilai rupiah melemah
Ekonom Universitas Gadjah Mada, Eddy Jurnasin mengatakan, pelemahan nilai rupiah selama beberapa hari terakhir dipengaruhi oleh pengumuman kebijakan tarif impor oleh AS terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia.
"Adanya tarif tersebut jelas akan menurunkan ekspor karena barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih mahal untuk tujuan AS," jelas Eddy kepada Kompas.com (7/4/2025).
Menurutnya, surplus neraca perdagangan Indonesia (ekspor dan impor) tahun lalu mencapai 30 miliar dollar AS.
Surplus neraca perdagangan nonmigas bahkan mencapai hampir 51 miliar dollar AS.
"Dari 51 miliar dollar AS surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut, hampir 17 miliar dollar AS disumbangkan oleh surplus neraca perdagangan nonmigas dengan AS," kata dia.
Artinya, hampir satu per tiga (33.33 persen) dari surplus neraca perdagangan nonmigas disumbangkan oleh AS.
Dengan potensi turunnya nilai ekspor Indonesia ke AS karena kebijakan tarif, surplus neraca perdagangan kemungkinan akan turun secara umum.
"Jadi rupiah dan berbagai mata uang lain melemah. Ditambah lagi dengan berbagai kekhawatiran global, seperti politik, ekonomi, sosial, militer dunia. Istilahnya, dunia sedang hamil tua," ujar Eddy.
Senada, Direktur Ekonomi Celios, Nailul Huda menjelaskan, melemahnya nilai rupiah merupakan dampak dari adanya tarif impor barang-barang ke AS.
"Permintaan dollar AS meningkat karena harga barang dari luar negeri ke AS akan lebih mahal. Dampak negatifnya adalah barang-barang dari impor akan jadi lebih mahal yang menyebabkan imported inflation," terangnya saat dihubungi terpisah, Senin.
Nailul menuturkan, inflasi dari sisi biaya tersebut menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
Sebab, barang-barang baku impor, seperti kedelai, termasuk tahu dan tempe, akan menjadi lebih mahal.
Kendati demikian, melemahnya nilai rupiah akan membuat harga barang Indonesia menjadi lebih kompetitif.
"Namun negara lain juga mengalami pelemahan terhadap dollar AS yang menyebabkan harga barang dari negara lain juga lebih kompetitif," tuturnya.
"Masalahnya adalah Indonesia tidak mempunyai kekuatan selain nilai tukar. Industri Indonesia tidak sebagus Vietnam ataupun China," sambungnya.