Israel menegaskan, tidak akan menghentikan operasi militernya di Jalur Gaza hingga seluruh sandera yang ditahan Hamas dibebaskan.
Pernyataan ini disampaikan setelah serangan udara paling intens sejak gencatan senjata berakhir, yang menewaskan 413 orang.
Serangan yang berlangsung sejak Selasa (18/3/2025) dini hari itu menyasar berbagai wilayah Gaza, termasuk Khan Yunis, dan menyebabkan banyak korban jiwa, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Netanyahu salahkan Hamas
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Hamas bertanggung jawab atas berlanjutnya konflik. Menurutnya, kelompok tersebut menolak semua proposal pembebasan sandera yang telah diajukan oleh Amerika Serikat dan para mediator lainnya.
"Israel akan terus bertindak dengan kekuatan militer yang semakin besar terhadap Hamas. Kami tidak akan berhenti berperang sampai semua sandera kembali ke rumah dan semua tujuan perang kami tercapai," kata Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz.
Namun, Hamas mengecam keputusan Israel yang tetap melanjutkan perang, menyebutnya sebagai “hukuman mati” bagi para sandera yang masih ditahan.
Hamas juga menuding Netanyahu menggunakan konflik ini demi kepentingan politiknya sendiri.
Gaza kembali dilanda serangan intensif
Situasi di Gaza kian memburuk. Serangan udara Israel yang menghantam Khan Yunis dan beberapa daerah lainnya menyebabkan ratusan korban jiwa dan luka-luka.
Rekaman dari lokasi menunjukkan anak-anak dan perempuan yang terluka dibawa ke rumah sakit dengan kondisi kritis.
"Mereka kembali menghujani Gaza dengan api. Tubuh orang-orang berserakan di tanah, dan tidak ada cukup dokter untuk menangani korban," ujar Ramez Alammarin, seorang saksi mata.
Mohammed Jarghoun, warga yang tinggal di tenda setelah rumahnya hancur akibat serangan sebelumnya, menggambarkan kedahsyatan serangan itu.
"Lebih dari 20 orang di sekitar saya terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan," katanya.
Konsultasi dengan AS sebelum serangan
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Israel telah berkonsultasi dengan pemerintahan Presiden Donald Trump sebelum melancarkan serangan udara terbaru.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan bahwa AS tetap mendukung Israel dan memperingatkan bahwa Hamas, Houthi, Iran, serta pihak lain yang dianggap mengancam Israel dan AS akan menghadapi konsekuensi besar.
Sebelumnya, utusan AS Steve Witkoff mengusulkan proposal pertukaran, yaitu lima sandera Israel, termasuk warga negara Israel-AS Edan Alexander, akan dibebaskan dengan imbalan pelepasan sebagian besar tahanan Palestina di penjara Israel.
Namun, Hamas menolak proposal tersebut, membuat negosiasi kembali menemui jalan buntu.
Sejak gencatan senjata pertama pada Januari lalu, perundingan antara kedua belah pihak terus berlarut tanpa hasil konkret.
Israel menginginkan perpanjangan gencatan senjata hingga pertengahan April dengan syarat Hamas harus dilucuti dan dikeluarkan dari Gaza.
Namun, Hamas menolak dan menuntut penghentian total operasi militer Israel serta penarikan pasukan dari wilayah tersebut.
Di tengah kebuntuan ini, Israel terus memutus pasokan listrik dan bantuan ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.