Hamas pada Kamis (20/3/2025) mendesak negara-negara Arab dan Islam untuk segera mengambil tindakan guna menghentikan serangan terbaru Israel di Gaza.
Kelompok bersenjata ini menegaskan bahwa negara-negara tersebut memiliki tanggung jawab moral dan politik untuk menghentikan serangan yang berlangsung di depan mata dunia.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menuduh Israel terus melakukan pembantaian massal, yang menurut mereka menjadi tanggung jawab Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk dihentikan.
"Kami menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam untuk segera bertindak di forum internasional, terutama di Dewan Keamanan PBB, dan mengambil langkah-langkah nyata guna menghentikan agresi ini," kata Hamas dalam pernyataannya.
Menurut laporan AFP, Jumat (21/3/2025), serangan terbaru Israel ini terjadi setelah negosiasi perpanjangan gencatan senjata mengalami kebuntuan.
Diketahui, gencatan senjata tahap pertama, yang mencakup pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina, telah berakhir awal bulan ini.
Namun, Israel menolak untuk melanjutkan tahap kedua negosiasi dan menuntut agar seluruh sandera yang masih ditahan Hamas dikembalikan sebelum ada kesepakatan lebih lanjut.
Hamas bersikeras bahwa negosiasi harus tetap dilakukan sesuai kesepakatan awal yang dimediasi oleh komunitas internasional.
Dengan kebuntuan tersebut, Israel memulai Kembali serangannya pada Selasa (18/3/2025) di Gaza.
Pada Kamis, militer Israel bahkan mengumumkan bahwa pasukannya telah kembali melakukan operasi darat di Rafah, bagian selatan Gaza, serta melanjutkan serangan di wilayah lain.
Berdasarkan laporan Badan Pertahanan Sipil Gaza, sejak serangan udara dimulai kembali, setidaknya 504 orang telah tewas, termasuk lebih dari 190 adalah anak-anak.
Angka ini menjadikan jumlah korban terbaru sebagai salah satu yang tertinggi sejak perang dimulai lebih dari 17 bulan lalu, setelah serangan Hamas ke Israel.