Selasa 1 Apr 2025

Notification

×
Selasa, 1 Apr 2025

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Emmanuel Petit Bahas Naturalisasi di Timnas Indonesia dan Tim Juara Perancis yang Berwarna

Maret 25, 2025 Last Updated 2025-03-25T06:02:09Z


Emmanuel Petit merupakan bagian dari tim juara dunia Perancis pada 1998 yang bermaterikan pemain multikultural. Ia melihat fenomena naturalisasi di Timnas Indonesia.


Emmanuel Petit membahas fenomena naturalisasi di Timnas Indonesia. Ia memandang perihal ini dengan menjadikan timnas Perancis sebagai acuan.


Di masa Emmanuel Petit bermain, Timnas Perancis mengusung slogan Black, Blanc, Beur.


Jargon itu merujuk kepada skuad Les Bleus (Si Biru) yang dihuni oleh pemain asli Perancis, keturunan Arab, dan mereka yang punya garis keturunan dari Afrika.


“Saya sudah bilang kepada Anda bahwa saya menyukai sepak bola karena itu menyatukan orang," tutur Emmanuel Petit.


Petit hadir sebagai brand ambassador BrainEye, perusahaan asal Australia yang membangun aplikasi inovatif untuk mengecek kesehatan otak melalui mata. 


Menurut Petit, ruang ganti dalam sepak bola merupakan zona tanpa batas, di mana segalanya melebur menjadi satu.


"Dalam sepak bola, di dalam ruang ganti tidak ada rasisme. Kita tak peduli Anda berasal dari mana, apa warna kulit Anda, kita tidak peduli.”


“Kami bersama mengenakan seragam yang sama, kami berjuang untuk tujuan yang sama.”


"Di Prancis kami memiliki pemain yang berdarah Aljazair, Maroko, Tunisia, dari Afrika. Bagi kami itu merupakan bagian dari sejarah kami,” tutur Emmanuel Petit kepada KOMPAS.com.


Ya, Perancis menjadi juara Piala Dunia 1998 dengan bermaterikan skuad yang multikultural.


Ada sejumlah pemain dalam skuad itu yang tak lahir di Perancis, seperti Lilian Thuram (lahir di Guadaloupe), Patrick Vieira (Senegal), dan Marcel Desailly (Ghana).


Selain itu, sejumlah personel Les Bleus merupakan pemain keturunan. Zinedine Zidane berdarah Aljazair, Thierry Henry punya garis keturunan Guadaloupe dan Martinik, sementara Youri Djorkaeff lahir dari pasangan Polandia-Armenia.


Karena itu, Emmanuel Petit tak mempermasalahkan fenomena naturalisasi di Timnas Indonesia saat ini.


Dalam laga terakhir melawan Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Kamis (20/3/2025) silam, Timnas Indonesia menurunkan 10 pemain keturunan Belanda di susunan sebelas pemain pertama.


Dalam lanskap sepak bola modern, perpindahan kewarganegaraan pemain menjadi sebuah hal yang kian lumrah.


“Hari ini situasi menjadi rumit bagi beberapa orang untuk memahaminya. Namun, bagi saya dan rekan setim, hal itu tak jadi masalah,” tutur Petit yang mengalami sendiri ruang ganti Timnas Perancis yang penuh warna.


“Saya tahu masa kolonialisme Belanda di Indonesia. Sekarang FIFA telah mengubah regulasinya,” tuturnya menjelaskan.


Menurut Petit, di masa sekarang ini, untuk dapat tampil membela sebuah tim nasional, seorang pemain tak harus lahir dan tumbuh di negara yang bersangkutan.


“Anda dapat mengambil pemain yang punya garis keturunan meski dia tak lahir di negara  itu.”


“Saya rasa itu hal yang bagus. Sekarang tidak menjadi masalah selama ada hasilnya, tim meraih kemenangan,” ujarnya menambahkan.


“Saya pikir bisa. Saat ini ada banyak pemain yang berasal dari Belanda tapi punya garis keturunan Indonesia. Manakah yang paling penting, Anda lahir di Indonesia atau punya garis keturunan Indonesia?"

“Saya mendengar beberapa orang yang tak suka dengan ini, tapi saya juga mendengar ada yang bilang bahwa sulit untuk menahan orang tetap berada di negaranya. Semua orang bergerak, semua orang bepergian," kata Petit lagi.


Petit lalu berkaca kepada situasi di negaranya. Ketika hasil-hasil berpihak dan tim menjadi juara, isu tentang tim yang multikultural ini tidak akan dipermasalahkan.


Namun, ketika muncul hasil minor, kritik akan datang.


“Ini menjadi masalah ketika hasilnya tak ada. Ini juga terjadi di Perancis terhadap pemain Arab, yang lahir di Perancis tetapi memiliki garis keturunan dari sejumlah negara Arab."


"Ketika Perancis tidak juara ini jadi masalah. Tapi saat kami menjuarai Piala Dunia 1998, Euro 2000, dan Piala Dunia 2018, ini tak jadi masalah,” ucap pria yang mengantar Arsenal meraih dobel gelar Liga Inggris dan Piala FA 1997-1998 itu.

×