Sejumlah ekonom memproyeksikan rupiah akan melanjutkan penguatan hari ini terhadap dolar AS. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi dan akan mengancam ekonomi Amerika Serikat (AS).
“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang kembali melemah. Rupiah akan berada pada level Rp 16.250 per dolar AS hingga Rp 16.250 per dolar AS,” kata Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Kamis (6/3).
Lukman menjelaskan dolar AS melemah karena kekhawatiran kebijakan tarif Trump berpotensi membawa ekonomi AS mengalami resesi. Sementara itu, data pekerjaan ADP yang lebih lemah juga ikut menekan dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.10 WIB, rupiah dibuka menguat pada level Rp 16.274 per dolar AS. Level ini naik 38 poin atau 0,23% dari penutupan sebelumnya.
Sementara itu, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra mengatakan indeks dolar AS turun tajam ke area 104. Hal ini karena pasar khawatir mengenai efek kenaikan tarif ke perekonomian AS.
“Kenaikan tarif bisa menaikan harga barang konsumsi dan menurunkan daya beli masyarakat sehingga ekonomi AS melambat,” ucap Ariston.
Jika ekonomi AS melambat, Ariston mengatakan akan memperkecil peluang Bank Sentral AS untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga acuan. Ariston memperkirakan rupiah akan melanjutkan penguatan ke level Rp 16.200 per dolar AS dengan potensi resisten di Rp 16.330 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana juga memproyeksikan rupiah akan menguat hari ini. “Rupiah diharapkan terapresiasi ke level Rp 16.180 per dolar AS hingga Rp 16.400 per dolar AS,” ujar Ariston.
Fikri mengungkapkan kebijakan yang diambil Trump akan dominan mempengaruhi pergerakan rupiah. Salah satunya dengan ditundanya tarif untuk industri otomotif yang diterapkan Trump.