Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Diancam Amerika Serikat, Ini Jawaban Tegas Hamas dan Houthi

Maret 08, 2025 Last Updated 2025-03-08T07:25:56Z


PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump berkali-kali mengeluarkan ancaman kepada Hamas untuk membebaskan semua tawanan Israel di wilayah tersebut. Jika tidak, katanya, ada harga yang harus dibayar. "Ini adalah peringatan terakhir Anda! Untuk para pemimpin, sekaranglah saatnya untuk meninggalkan Gaza, selagi Anda masih memiliki kesempatan," Trump menulis pada sebuah unggahan di media sosial, Rabu, 5 Maret 2025.


Bukan hanya Hamas, Trump juga mengancam rakyat Gaza yang sudah menderita karena pengeboman brutal Israel. “Juga, untuk Rakyat Gaza: Masa Depan yang indah menanti, tapi tidak jika Anda menyandera. Jika Anda melakukannya, Anda MATI! Buatlah keputusan yang CERDAS," katanya seperti dilansir Al Jazeera.


Trump telah menyerukan pemindahan paksa seluruh penduduk Gaza dan agar AS "memiliki" wilayah Palestina. Masih belum jelas bagaimana "masa depan yang indah" yang dijanjikan Trump kepada penduduk Gaza akan sesuai dengan rencana pembersihan etnisnya. Trump sebelumnya mengatakan, di bawah proposalnya, warga Palestina tidak akan bisa kembali ke wilayah tersebut.


Kebijakan luar negeri pemerintahan Trump yang sering mengeluarkan ancaman ini disindir oleh diplomat top Cina, Wang Yi. “Negara-negara besar tidak boleh merisak yang lemah," katanya, dikutip Reuters.


Wang juga menolak proposal Trump untuk Gaza dengan AS menguasai wilayah Palestina, memindahkan penduduknya, dan "membangun kembali" wilayah tersebut. Menurutnya, Gaza adalah milik Palestina dan perubahan status yang dipaksakan akan memicu gejolak baru.


Cina mendukung rencana perdamaian yang diajukan oleh Mesir dan negara-negara Arab lainnya dan ia menegaskan kembali dukungan Beijing untuk solusi dua negara bagi Palestina dan Israel. Wang meyakini konflik Israel Palestina terjadi berulang-ulang karena solusi dua negara hanya setengah tercapai. "Negara Israel sudah lama menjadi kenyataan, tetapi negara Palestina masih jauh dari jangkauan" kata Wang, dikutip Al Jazeera.


Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS telah mengukuhkan penetapan Houthi sebagai organisasi teroris seperti yang diinginkan Trump. Penetapan ini membawa konsekuensi berat terhadap Houthi dan rakyat Yaman. Langkah tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa hal ini dapat mengganggu stabilitas keamanan regional dan memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman. Lalu bagaimana tanggapan Houthi dan Hamas atas ancaman AS?


Houthi


Dilansir Al Mayadeen, Mohammad Ali al-Houthi, anggota Dewan Politik Tertinggi Yaman, menekankan bahwa menyalurkan bantuan ke Gaza lebih penting daripada sanksi dan penetapan AS, yang ia sebut sebagai "tidak sah".


Lebih jauh lagi, tokoh utama Yaman ini mengutuk AS karena menghalangi bantuan dan merongrong perjanjian perdamaian, dan mengaitkan tindakan-tindakan ini dengan ketegangan geopolitik yang lebih luas di wilayah tersebut.


Dalam sebuah pernyataan yang kuat di platform X, al-Houthi menyatakan, "Mencegah masuknya material ke Gaza dan menyabotase perjanjian perdamaian adalah terorisme Amerika. Ini sangat bertentangan dengan dukungan kami yang sah dan didorong oleh iman untuk Gaza melalui operasi angkatan laut di Laut Merah untuk menghadapi genosida dan terorisme Amerika dan entitas sementaranya (Israel) di Gaza."


Hamas


Hamas, lewat juru bicara militer Brigade al Qassam Abu Ubaidah, menegaskan pada Kamis, 6 Maret 2025, bahwa ancaman perang Israel hanya akan menghasilkan kekecewaan bagi pasukan pendudukan dan tidak akan menghasilkan pembebasan tawanan.


Dalam sebuah pidato video yang dipublikasikan di Telegram pada kesempatan awal bulan suci Ramadhan, Abu Ubaidah menyatakan, "Kami dalam keadaan siaga dan siap untuk segala kemungkinan, dan dimulainya kembali perang akan membuat kami menghancurkan apa yang tersisa dari citra musuh."


Dia menekankan bahwa "apa yang tidak dapat dicapai musuh melalui perang tidak akan diperoleh melalui ancaman dan tipu muslihat," dan memperingatkan bahwa setiap eskalasi agresi terhadap Palestina akan mengakibatkan kematian beberapa tawanan Israel.


Berbicara kepada komunitas Muslim, Abu Ubaidah mengingatkan dua miliar Muslim bahwa orang-orang Gaza sedang menghadapi genosida, kelaparan, dan upaya pengusiran di depan mata dunia. Ia bertanya, "Apa yang akan Anda lakukan untuk mempertahankan martabat Anda sebelum tangan penindas menjangkau Anda di rumah Anda sendiri?"


Mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan, Abu Ubaidah menjelaskan bahwa komitmen terhadap kesepakatan tersebut adalah untuk menghormati janji yang dibuat oleh para mediator dari negara-negara bersaudara.


Dalam pesannya kepada negara Islam, Abu Ubaidah, dikutip Al Mayadeen, menyatakan, "Saudara-saudaramu seiman telah menyucikan puasa mereka dengan aliran darah yang suci." Ia menambahkan bahwa dunia Muslim tidak akan mendapatkan kembali statusnya di antara bangsa-bangsa hingga tanah suci dibersihkan dari kekotoran penjajah.


Abu Ubaidah menyerukan kepada semua orang yang berpikiran adil dan para pendukung hak asasi manusia untuk mengekspos kejahatan yang dilakukan terhadap para tahanan Palestina. Ia menyoroti standar ganda Barat yang "menangisi lusinan tawanan musuh sementara mengabaikan keselamatan para tahanan kami."


Abu Ubaidah juga memberi hormat kepada rakyat Yaman atas keputusan mereka yang terus mendukung dan menyerang musuh Israel, serta para pejuang perlawanan yang gigih di Tepi Barat dan para pahlawan yang melakukan operasi fida'i.

×