Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Warganet Tuntut Pengembalian Uang Buntut Kabar Pertalite Dioplos Jadi Pertamax, Ini Kata Pertamina

Februari 27, 2025 Last Updated 2025-02-27T07:54:44Z


Warganet di media sosial X meminta PT Pertamina (Persero) mengembalikan uang dan menuntut ganti rugi setelah muncul kabar Pertalite dioplos menjadi Pertamax.


Kabar tersebut bergulir setelah Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan tujuh orang sebagai tersangka kasus dugaan korupsi tata kelola minyak dan produksi kilang pada 2018-2023.


Salah satu tersangkanya adalah Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan (RS).


"BBM berjenis RON 90, tetapi dibayar seharga RON 92 kemudian dioplos, dicampur," kata Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung Abdul Qohar dikutip dari Antara, Selasa (25/2/2025).


Menurut warganet melalui akun @nri****, Selasa (25/2/2025), Pertamina telah bertindak secara tidak jujur terkait dugaan sulap Pertalite menjadi Pertamax.


Warganet lainnya juga mengutarakan kekecewaannya karena mereka merasa Pertamax yang dibeli selama ini tidak sesuai spesifikasi.


“Kembaliin duit lebih gue beli pertamax a******,” cuit akun amu****, Selasa (25/2/2025).


“itu dirut pertamina balikin duwit gw an*****, gw setia make pertamax malah dikorup oplosan, mo**** ga berkah idup lu semua yang korupsi, b*****,” tulis akun @kec****, Rabu (26/2/2025).


Lalu, apa kata Pertamina terkait permintaan banyak warganet yang menuntut uangnya dikembalikan terkait kabar Pertalite dioplos jadi Pertamax?


Pertamina tegaskan kualitas Pertamax sesuai spesifikasi


Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari mengatakan, kualitas Pertamax yang beredar selama ini dipastikan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pemerintah, yaitu RON 92.


“Produk yang masuk ke terminal BBM Pertamina merupakan produk jadi yang sesuai dengan RON masing-masing, Pertalite memiliki RON 90 dan Pertamax memiliki RON 92,” ujar Heppy dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (26/2/2025).


“Spesifikasi yang disalurkan ke masyarakat dari awal penerimaan produk di terminal Pertamina telah sesuai dengan ketentuan pemerintah,” tambahnya.


Heppy menambahkan, treatment yang dilakukan di terminal utama BBM adalah proses injeksi warna (dyes) sebagai pembeda supaya produk mudah dikenali masyarakat.


Selain itu, dilakukan pula injeksi additive yang berfungsi untuk meningkatkan performa Pertamax.


"Jadi, bukan pengoplosan atau mengubah RON. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas Pertamax," jelas Heppy.


Ia menegaskan PT Pertamina Patra Niaga melakukan prosedur dan pengawasan yang ketat dalam melaksanakan kegiatan Quality Control (QC).


Distribusi BBM Pertamina juga diawasi oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).


Heppy menyampaikan, Pertamina berkomitmen menjalankan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) dalam menyediakan produk BBM yang menjadi kebutuhan konsumen.


"Kami menaati prosedur untuk memastikan kualitas dan dalam distribusinya juga diawasi oleh Badan Pengatur Hilir Migas,” tutur Heppy.


Baca juga: Profil Riza Chalid, Taipan Minyak yang Rumah-Kantornya Digeledah Buntut Dugaan Korupsi Pertamina


Tujuan Pertamina ditambahkan zat aditif pada Pertamax

Terpisah, Pelaksana Tugas Harian (Pth) Dirut PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo menjelaskan, penambahan zat aditif pada Pertamax berguna untuk meningkatkan performa.


“Penambahan-penambahan aditif tersebut adalah sifatnya untuk menambah value dari performansi produk-produk tersebut,” jelas Ega dikutip dari Antara, Rabu (26/2/2025).


“Skema ini juga sama dengan badan usaha yang lain,” tambahnya.


Ega menerangkan, penambahan zat aditif pada BBM sebenarnya umum dilakukan supaya performa mesin kendaraan, baik mesin solar maupun bensin, mengalami peningkatan.


Penambahan zat tersebut juga dimaksudkan sebagai anti-karat, detergensi supaya mesin menjadi lebih bersih, dan membuat ringan kendaraan.


Ega juga menyampaikan, terminal-terminal penyimpanan di Pertamina Patra Niga tidak memiliki fasilitas blending untuk produk gasoline.


Sampling dari BBM milik PT Pertamina Patra Niaga juga secara rutin dilakukan pemeriksaan oleh pihak independen.


“Jadi tidak betul bahwa Pertamax ini adalah produk oplosan, karena kita tidak melakukan hal tersebut,” ujar Ega.


“Yang ada adalah fasilitas penambahan aditif dan pewarna. Nah, ini menjadi salah satu hal yang ingin kami konfirmasi,” tambahnya.


Baca juga: Kata Media Asing soal Korupsi Minyak yang Seret 4 Petinggi Pertamina, Rugikan Negara Rp 193,7 T

×