Seorang perempuan berkewarganegaraan ganda Israel-Inggris, yang disandera Hamas di Gaza selama 15 bulan tetapi kini sudah dibebaskan, mengatakan dia sempat ditahan di fasilitas milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza.
Dalam sebuah percakapan telepon dengan Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, perempuan itu, Emily Damari (28 tahun), mengatakan bahwa dirinya ditahan di lokasi milik badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Damari dibebaskan bulan lalu sebagai bagian kesepakatan paket pertukaran sandera dan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Damari mengaku, dia tidak diberi perawatan medis selama disandera, meski mengalami luka tembak ditembak di tangan dan kaki.
Dalam sebuah pernyataan, UNRWA mengatakan, tuduhan mengenai sandera ditahan di fasilitas-fasilitas PBB merupakan sesuatu yang “sangat serius” dan pihaknya telah berulang kali menyerukan penyelidikan independen terhadap dugaan penyalahgunaan fasilitas PBB oleh kelompok bersenjata Palestina, termasuk oleh Hamas.
Israel sudah berulang kali menuduh staf UNRWA terlibat dalam serangan pada 7 Oktober 2023 ke wilayah Israel selatan dan menyatakan bahwa gedung-gedung UNRWA di Gaza digunakan Hamas. Pemerintah Israel berencana untuk melarang organisasi itu beroperasi.
Dalam percakapan telepon dengan Starmer, Damari mengatakan bahwa saat ditahan di fasilitas UNRWA, para penculiknya hanya memberinya sebotol yodium yang sudah kadaluwarsa untuk mengobati luka tembak di kaki dan tangan kirinya. Dia kehilangan dua jari tangan akibat luka-lukanya itu.
Saat berbicara kepada program PM di BBC Radio 4, Direktur Komunikasi UNRWA, Juliette Touma, ditanya terkait klaim Damari. Touma menjawab, "Selama berbulan-bulan kami tidak dapat mengakses beberapa fasilitas kami... Jadi, sebagian besar bangunan kami diubah menjadi tempat perlindungan ketika perang dimulai.... Pada momen tertentu, ada satu juta orang berada di tempat-tempat penampungan itu."
Seorang juru bicara Downing Street, kantor Perdana Menteri Inggris, mengatakan bahwa mereka "menyambut baik pernyataan UNRWA yang menyebut perlunya penyelidikan terhadap penggunaan fasilitas mereka (oleh kelompok bersenjata)".
Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan mencakup pembebasan sandera secara bertahap di Gaza, dengan pertukaran para tahanan Palestina yang berada di penjara-penjara Israel.
Sebanyak 251 orang disandera Hamas ketika menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Sebanyak 1.200 orang lainnya tewas dalam serangan itu.
Serangan tersebut memicu perang yang menghancurkan Gaza. Serangan militer Israel selama 15 bulan menewaskan 47.460 warga Palestina di wilayah tersebut, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.