Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

China Balas AS dengan Kenakan Tarif 10-15 Persen, Perang Dagang Dimulai?

Februari 05, 2025 Last Updated 2025-02-05T07:11:16Z


Pemerintah China menetapkan tarif impor bagi komoditas-komoditas asal Amerika Serikat (AS) sebagai balasan dari kebijakan Presiden AS Donald Trump. Washington menetapkan tarif 10 persen bagi komoditas-komoditas asal China yang efektif berlaku per Selasa (4/2/2025).


Kementerian Keuangan China menyatakan produk batu bara dan gas alam cair  atau LNG dari AS akan dikenakan tarif 15 persen. Sedangkan minyak mentah, mesin pertanian, dan mesin mobil dikenakan tarif 10 persen.


"Peningkatan tarif AS secara unilateral melanggar peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)," demikian pernyataan Kementerian Keuangan China dikutip Associated Press.


"Ini tidak hanya membantu mereka memberesekan masalah sendiri, tetapi juga merusak kerja sama perdagangan dan ekonomi yang normal antar China dan AS."


Tarif yang dikenakan China sedianya akan berlaku pada Senin (10/2/2025) pekan depan.


Selain menetapkan tarif, Beijing juga membuka penyelidikan terhadap Google atas kecurigaan monopoli. Google sendiri beroperasi secara terbatas di China usai menolak memenuhi permintaan sensor dari Beijing pada 2010 silam.


China diketahui merupakan negara importir gas alam cari terbesar di dunia. Namun, sebagian besar pasokannya berasal dari Australia, Qatar, dan Malaysia.


Pada 2023, menurut data pemerintah AS, Washington mengekspor 173.247 juta kaki kubik LNG ke China per 2023. Ekspor ke China pun hanya mencakup 2,3 persen dari total volume ekspor gas alam AS.


Kalangan analis menilai tarif ekspor yang ditetapkan China dapat berefek signifikan, tidak hanya bagi ekonomi AS, melainkan seluruh dunia.


Kepala strategi pasar di lembaga Franklin Templeton Institute, Stephen Dover menyebut tarif China dapat berkontribusi pada pelambatan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di berbagai negara.


"Risikonya adalah awal dari perang dagang yang saling balas-membalas, yang mana dapat berujung pertumbuhan PDB yang lebih rendah di mana saja, inflasi AS yang lebih tinggi, dolar yang lebih kuat, dan tekanan terbalik pada suku bunga AS," kata Dover.

×