Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tanda-tanda Google Search Mulai Ditinggalkan

Januari 18, 2025 Last Updated 2025-01-18T07:46:06Z


Mesin pencari (search engine) Google Search selama bertahun-tahun menjadi penguasa pasar mesin pencari di dunia. Saking lazimnya mencari informasi di Google Search, kegiatan mencari informasi di Google pun bertransformasi menjadi kata kerja tidak baku, yakni "googling".


Kini, tanda-tanda meredupnya Google Search mulai tampak. Pangsa pasar (market share) Google Search dilaporkan mulai mengikis hingga mencapai level terendah dalam satu dekade terakhir, karena persaingan yang kian intens.


Menurut temuan SearchEngineLand dari StatCounter, situs pelacak trafik suatu website, pangsa pasar Google Search turun ke angka 90 persen selama tiga bulan terakhir (Oktober-Desember 2024) secara berturut.


Lebih spesifik, pangsa pasar mesin pencari Google itu pada Oktober adalah 89,34 persen, November sebesar 89,99 persen dan Desember di tahun yang sama sebesar 89,73 persen. Padahal, persentase bulan-bulan sebelumnya, selalu di atas 90 persen.


Pada Maret 2024 misalnya, pangsa pasarnya adalah 91,38 persen dan pada Juni tahun yang sama, adalah 91,06 persen. Itu artinya, penurunan pangsa pasar Google Search sudah terjadi sejak akhir kuartal I-2024.


Penurunan pangsa pasar itu tercatat merupakan yang pertama kalinya sejak tahun 2015. Pada awal tahun 2015, market share Google Search juga sempat terjun di bawah 90 persen selama tiga bulan berturut-turut, yaitu pada Januari-Maret dengan penurunan paling tajam pada Februari 2015, sebesar 89,47 persen.


StatCounter tidak merinci alasan di balik penurunan pangsa pasar mesin pencari Google. Faktornya kemungkinan karena persaingan yang semakin ketat, khususnya di tengah populernya kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) generatif yang menawarkan layanan pencarian, sebagaimana KompasTekno rangkum dari 9to5Google, Jumat (17/1/2025).


Contohnya seperti Perplexity hingga ChatGPT dari OpenAI, yang kini juga memungkinkan pengguna menelusur sesuatu berkat fitur SearchGPT.


Orang-orang yang fokus pada privasi pun kemungkinan memanfaatkan mesin pencari alternatif tersebut ketimbang Google Search.


Faktor lainnya boleh jadi karena pengguna muda memilih media sosial seperti TikTok untuk mencari sesuatu. 


Gen-Z lebih suka "Googling" di TikTok, millenial di Google


Generasi Z (Gen-Z) atau mereka yang lahir pada rentang tahun 1997-2012, disebut cenderung lebih suka mencari informasi atau berita di TikTok ketimbang di Google.


Hal itu berbeda dengan generasi millenial (kelahiran 1981-1996) yang disebut masih setia "googling" dengan Google.


Hal ini disimpulkan berdasarkan laporan dari firma riset yang biasa memantau kebiasaan anak muda, YPulse, pada April 2024 lalu.


YPulse sebenarnya menyebut sekitar 46 persen responden mereka yang berumur 18-24 tahun (Gen-Z) masih mencari informasi atau "googling" di Google, diikuti oleh 21 persen di TikTok dan 5 persen di YouTube.


Namun, apabila dibandingkan dengan jumlah responden YPulse yang masuk ke kategori millenial (umur 25-39 tahun), pengguna kategori ini lebih banyak mencari informasi di Google dengan angka sekitar 58 persen.


Dengan kata lain, data YPulse menunjukkan bahwa jumlah Gen Z yang mencari informasi di Google lebih sedikit ketimbang millenial, dan pengguna Gen Z tampaknya lebih memilih mencari informasi di media sosial (TikTok dan YouTube) ketimbang di Google. 


Bukan kali ini saja, pada tahun 2022 dan 2023 lalu, regulator komunikasi asal Inggris, Ofcom juga kerap menyebut bahwa Gen Z lebih gemar mencari informasi dan berita di media sosial, terutama TikTok, ketimbang di platform konvensional macam Google atau TV. 


Nah, menurut berbagai laporan, Gen Z lebih memilih TikTok untuk mencari informasi karena mereka lahir di era maraknya penggunaan media sosial. Hal ini mungkin berbeda dengan millenial yang lahir dan hidup di era maraknya pencarian internet melalui Google. 


Boleh jadi, millenial hanya melihat media sosial sebagai platform untuk bersosialisasi di internet saja, bukan tempat untuk mencari berita.


Di sisi lain, Gen Z melihat media sosial untuk mengakses banyak hal, termasuk berita, bukan untuk mencari teman saja.


Secara umum, data YPulse di atas tetap menunjukkan bahwa Google masih menjadi pilihan nomor satu untuk mencari informasi dan berita, baik itu dari Gen Z maupun millenial. 


Namun ke depannya, ada kemungkinan Gen Z, begitu juga generasi yang lebih muda, akan lebih gemar mencari berita di media sosial dibanding generasi yang lebih tua seperti millenial.


Hal bisa dipicu seiring dengan maraknya berita dan tren yang beredar dengan cepat dan dapat diakses dengan mudah melalui media sosial, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Axios.


Artinya, selisih angka responden YPulse untuk pengguna Gen Z dan millenial yang mencari informasi di Google di atas (46 persen dan 58 persen) kemungkinan akan semakin besar di masa depan, apabila media sosial semakin digemari anak muda.

×