Lebih dari 700 Yahudi Inggris yang mendukung Palestina, mendesak Kepolisian London untuk mencabut pembatasan unjuk rasa pro-Palestina di ibu kota tersebut.
Rencananya, unjuk rasa pro-Palestina di London akan diawali dari Kantor Pusat BBC dan bergerak menuju Whitehall pada Sabtu (18/1/2025) mendatang.
Dilansir Middle East Eye, Senin (13/1/2025), petugas kepolisian sebelumnya telah menyetujui rute yang ditawarkan oleh koalisi pro-Palestina pada November lalu.
Namun, polisi kemudian menganulir keputusan tersebut karena tekanan politik. Polisi mengatakan pada pekan lalu, rute yang dilewati unjuk rasa terlalu dekat dengan dua sinagoge.
Kelompok-kelompok pro-Israel, para anggota parlemen, dan bangsawan dilaporkan mendesak Komisaris Kepolisian Metropolitan London Mark Rowley untuk memerintahkan pengalihan rute unjuk rasa.
Kepala Rabbi Ephraim Mirvis, yang mengajukan tuntutan kepada polisi, Desember lalu, menuduh polisi gagal menjaga keamanan komunitas Yahudi sebelum keputusan baru dibuat.
Namun, lebih dari 700 Yahudi Inggris yang tak sepakat dengan Rabbi Mirvis, termasuk tokoh-tokoh budaya dan hukum terkemuka, membalas dengan menandatangani sebuah surat terbuka yang mendesak polisi mengizinkan unjuk rasa digelar sesuai rute yang telah disetujui.
Surat terbuka itu ditandatangani antara lain oleh aktris Miriam Margoyles, komedian Alexei Satle, serta penyanyi sekaligus pencipta lagu, Leon Rosselson.
Pengacara senior, Sir Geoffrey Bidman KC, dan Sir Stephen Sedley KC, juga menandatangani surat tersebut, dan banyak penyintas Holocaust.
Surat tersebut mengecam apa yang mereka sebut sebagai upaya terencana untuk menggambarkan unjuk rasa pro-Palestina sebagai ancaman bagi jemaat sinagoge.
“Sebagai orang Yahudi, kami terkejut dengan upaya kurang ajar ini untuk mengganggu kebebasan politik yang telah susah payah diraih dengan menciptakan ancaman imajiner terhadap kebebasan beribadah orang Yahudi,” bunyi surat tersebut.
“Tidak ada kasus yang terbukti tentang sinagoge atau jemaat yang menjadi sasaran dengan cara pun oleh peserta unjuk rasa. Peserta Yahudi, yang ada di Blok Yahudi yang jumlahnya ratusan hingga ribuan, tak merasa terancam tetapi malah disambut hangat oleh sesama demonstran,” lanjut isi surat itu.
Kelompok koalisi pro-Palestina pada Rabu (9/1/2025), mengatakan polisi sebelumnya sudah setuju dengan rute yang diajukan.
Namun kemudian polisi membatalkan keputusan tersebut dengan beralasan rute itu berpotensi mengganggu sebuah sinagoge yang berada di dekat rute yang dilewati.