Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat tipis 5,50 poin atau 0,03 persen dan berada di berada di Rp 16.307 pada Jumat (20/12) pukul 09:07 WIB setelah sebelumnya sempat anjlok ke level Rp 16.312.
Tekanan Dolar AS terhadap rupiah di akhir tahun ini cukup berat. Pengamat pasar uang dari Investindo Ariston Tjendra mengatakan jika dolar AS menguat hingga akhir tahun maka Rupiah juga akan tertekan.
“Jadi dollar AS mungkin masih bertahan menguat hingga akhir tahun.Rupiah pun bakal tertekan hingga akhir tahun,” ungkapnya kepada kumparan, Jumat (20/12).
Ia memaparkan sentimen penguatan dolar masih terasa hingga kini. Sentimen tersebut seperti data ekonomi AS yang semakin sulit, inflasi AS yang sulit turun sehingga Federal Reseve (The Fed) menahan suku bunga acuan lebih lama, kondisi geopolitik sampai kebijakan presiden AS terpilih Donald Trump.
Faktor internal dalam negeri juga belum ada sentimen berupa berita positif. Justru, sentimen yang ada adalah sentimen negatif soal Bank Indonesia yang sedang diusut oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal dugaan korupsi dana Corporate Social Responsibility (CSR)
“Dari internal, belum ada berita positif yang menonjol. BI yang dicecar KPK mungkin sudah memberikan sentimen negatif,” lanjutnya.
Selain itu, Analis Wahyu Laksono Traderindo menjelaskan Rupiah memang sangat bergantung pada dolar AS dan suku bunga The Fed. Untuk saat ini Rupiah masih potensial bergerak di kisaran menengah pada level 15.000 sampai 16.500 per dolar AS.
Jelas IDR sangat tergantung major fundamental, USD, Fed policy , USD-IDR masih potensial bergerak medium term 15.000-16.500. Kisaran lebar 2025 14.500-17.000,” ungkapnya.