Pernahkah membayangkan apa yang akan terjadi bila kebutuhan dalam hidup selalu terpenuhi?
Sebagian orang mungkin berendapat, hidup akan sejahtera dan lebih mudah dijalani.
Namun, seorang peneliti perilaku hewan asal Amerika Serikat, John B Calhoun memberikan kenyataan yang berbeda lewat eksperimennya bernama Universe 25.
Calhoun menciptakan surga bagi para tikus dengan memberikan mereka kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, dan pasangan yang tidak terbatas.
Akan tetapi, Universe 25 yang awalnya merupakan sebuah dunia sempurna, berubah secara dramatis dalam beberapa waktu.
Eksperimen Universe 25
Dikutip dari IFL Science (18/10/2023), Calhoun melakukan eksperimen tersebut sekitar tahun 1970-an di Laboratorium Psikologi Institut Kesehatan Mental Nasional.
Berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan pada Proceedings of the Royal Society of Medicine, kehidupan Universe 25 dimulai dari empat pasang tikus yang berkembang biak.
Tikus pejantan dan betina ini diambil dari Institut Kesehatan Nasional dan merupakan tikus yang paling sehat di antara tikus lainnya.
Mereka ditempatkan dalam sebuah kandang yang menyediakan makanan dan minuman tanpa batas. Makanan itu hanya bisa diakses melalui terowongan.
Suhu di dalam kandang juga selalu dijaga agar tetap 20 derajat Celsius, sehingga dapat memberikan kenyamanan pada tikus. Calhoun juga tidak menaruh predator atau hal apa pun yang mengancam atau mempersulit kehidupan tikus.
Pada awal percobaan, tikus-tikus tersebut menghabiskan waktunya dengan mencari makanan dan melakukan hubungan seksual.
Populasi makin padat
Setiap 55 hari, populasi tikus bertambah dua kali. Akibatnya, ruang yang paling strategis dan dekat dengan akses terowongan makanan di dalam kandang mulai padat.
Ketika populasi mencapai 620 ekor, angka pertumbuhan melambat dua kali lipat setiap 145 hari. Ini karena kepadatan populasi tikus mulai menimbulkan masalah.
Pada hari ke-560, poulasi akhirnya mencapai puncaknya, dengan kondisi kandang semakin tidak kondusif. Lebih dari 2.200 ekor tikus berlarian ke sana kemari, mengantre makanan dan terkadang berkelahi.
Tikus betina yang menghasilkan keturunan menjadi stres dan memilih mengabaikan hingga membunuh sebagian anaknya.
Di tengah kekacauan ini, secara perlahan akhirnya muncul kekuatan otoritas. Mereka yang memiliki otoritas merupakan kelompok yang disebut Calhoun sebagai "tikus-tikus cantik".
Para tikus ini mengasingkan diri di tempat yang terlindungi, tidak mencari pasangan atau berkelahi dengan tikus lain.
Perilaku kelompok otoritas ini akhirnya menyebabkan angka kelahiran semakin menurun dan membuat populasi tikus jatuh ke jurang demografi.
Di sisi lain kandang, sebagian tikus juga membentuk kelompok yang saling menyerang. Dunia yang semula sempurna berakhir menjadi kiamat bagi para tikus.
Universe 25 bisa terjadi pada manusia
Berdasarkan eksperimen Universe 25, Calhoun menyimpulkan, kepunahan tikus disebabkan oleh penyimpangan perilaku akibat kepadatan populasi atau "Behavioral Sink".
Menurutnya, tikus adalah hewan yang sederhana tetapi memiliki perilaku yang kompleks. Perilaku ini meliputi menjalin hubungan, merawat anak, mempertahankan teritorial, dan berinteraksi dengan sesama atau antar kelompok.
"Ketika perilaku yang terkait dengan fungsi ini gagal mencapai dewasa, tidak ada perkembangan sosial dan tidak ada reproduksi. Seperti dalam kasus penelitian saya, semua anggota populasi akan menua dan akhirnya mati. Spesies akan punah," tulis Calhoun.
Dia percaya, percobaan pada tikus ini berlaku juga pada manusia ketika semua kebutuhan di dunia sudah terpenuhi.
Namun, seorang sejarawan medis Edmund Ramsden meragukan pernyataan tersebut.
"Akhir utopia tikus bisa saja muncul bukan karena kepadatan, tapi karena interaksi sosial yang berlebihan. Tidak semua hewan uji tikus juga mengacau. Mereka yang berhasil mengendalikan lingkungannya menjalani kehidupan relatif normal," ujarnya, diikutip dari Smithsonian Magazine (26/2/2015).