Tahun Baru Masehi di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Januari seperti negara-negara lainnya di dunia karena Indonesia mengadopsi kalender Gregorian yang berasal dari kepausan pada tahun 1582.
Kalender Masehi atau Anno Domini (AD) dalam bahasa Inggris adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun yang digunakan pada kalender Gregorius dan Kalender Julius.
Era kalender ini didasarkan pada tahun tradisional yang dihitung sejak kelahiran Yesus dari Nazaret.
Masehi dihitung sejak hari tersebut, sedangkan sebelum itu disebut Sebelum Masehi atau SM.
Perhitungan tanggal dan bulan pada Kalender Julian disempurnakan pada tahun 1582 menjadi kalender Gregorian.
Penanggalan ini kemudian digunakan secara luas di dunia untuk mempermudah komunikasi.
Tahun Masehi 2025, tanggal 1 jatuh pada hari Rabu.
Salah satu yang kata kunci banyak dicari jelang Tahun Baru Masehi 2025 yakni hukum merayakan tahun baru.
Lantas apa hukum merayakan tahun baru dalam Islam?
Berikut pendapat Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Adi Hidayat!
Ustadz Abdul Somad
Dalam ceramahnya, Ustadz Abdul Somad menjelaskan jika tahun baru masehi memiliki sejarah panjang dalam proses penetapannya hingga kini dipakai di seluruh dunia,
Ustadz Abdul Somad mengingatkan terdapat sejumlah ritual-ritual yang dilarang dalam Islam atau dilakukan orang non muslim.
UAS, sapaan akrabnya, menceritakan sejarah kalender masehi yang hingga kini turut digunakan sebagai penanggalan di Indonesia.
Diketahui, kalender masehi berganti memasuki tahun yang baru diawali bulan Januari. Pada malam pergantian tahun umumnya dilakukan perayaan menyambut tahun yang baru.
Ustadz Abdul Somad menjelaskan sejarah panjang mengenai kalender tahun baru masehi yang kini dipakai di seluruh dunia termasuk Indonesia.
"Ada seorang kaisar dari Romawi bernama Kaisar Julian yang membuat kalender, dinamailah nama-nama bulan mulai dari Januari, Februari, Maret, April dan seterusnya. Setiap nama bulan ada artinya, ada Kaisar Agustinus dinamailah Agustus, ada patung yang memilik dua kepala hadap depan dan belakang, dinamailah patung itu Januari," jelas Ustadz Abdul Somad dilansir Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube TAMAN SURGA NET.
Kaisar Julian meninggal dunia, kemudian kalender tersebut diambil oleh Paus di Vatikan namanya Paus Greogorius maka digantilah nama kalender itu menjadi Gregorian Kalender.
Ketika Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) terbentuk, dipakailah Gregorian Kalender untuk diseragamkan di seluruh dunia termasuk Indonesia, yang mana dulunya berbentuk kerajaan-kerajaan Islam dan memakai tahun Hijriyah.
"Apakah boleh pakai alat non muslim? Boleh, kamera buatan non muslim, boleh dipakai, termasuk kalender boleh. Namun ketika masuk dalam ritual, misalnya meniup terompet, lalu menyalakan lilin, itu tradisi non muslim," terang Ustadz Abdul Somad.
Hal tersebut juga termasuk membuang-buang waktu, apalagi sampai membawa anak gadis orang yang bukan muhrim, sudah termasuk pelanggaran syariat.
Namun apabila di malah tahun baru ada dzikir di mesjih sah-sah saja diikuti lalu berdzikir dan beri'tikaf, jikalau tidak ada maka selepas Isya lebih baik tidur.
Hal-hal yang kerap dilakukan dan menjadi tradisi biasanya adalah melakukan bakar-bakaran misalnya bakar jagung dan ayam sebagai hidangan di malam tahun baru.
"Membakar ayam itu sah-sah saja, yang tidak boleh adalah meyakini semakin tinggi asap semakin banyak rezeki, itu sudah merusak akidah," kata Ustadz Abdul Somad.
Karena hal ini orang-orang berlomba untuk membakar ayam dan apa saja untuk menghasilkan asap paling tinggi, tentu bertolak belakang dengan syariat Islam.
Tahun baru masehi identik dengan menyalakan kembang api, sejalan dengan pengagungan api yang menjadi tradisi Kaum Majusi (penyembah api).
Begitupula meniup terompet yang disebut menjadi tradisi Yahudi dan membunyikan lonceng sebagai tradisi Nasrani.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya: "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." HR. Abu Daud no. 4031, dishahihkan oleh Al Albani
Selain itu dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ » . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ « وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
Artinya: "Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta." Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah SAW, Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi? Beliau menjawab, Selain mereka lantas siapa lagi?" (HR. Bukhari No. 7319).
Selain hadist tentang larangan merayakan tahun baru. Allah juga melarang kita menghadiri atau mengikuti perayaan hari raya orang musyrik.
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
"Dan orang-orang yang tidak menyaksikan kepalsuan, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya." (QS al-Furqan : 72)
Ustadz Adi Hidayat
Dilansir dari kanal Youtube Share Dakwah Islam, terkait perayaan pergantian tahun, Ustadz Adi Hidayat justru menjawab dengan tegas agar meninggalkan yang tidak bermanfaat.
Ustadz Adi hidayat menjelaskan tidak ada perbedaan di setiap waktu.
Pergantian tahun hanya menghantarkan kita pada capaian-capaian baru kita, apakah sudah baik dalam pandangan Allah atau belum. Tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya atau esok lebih baik dari kemarin.
“Karena itu saran saya kita bertobat kepada Allah SWT. Kita harus memiliki nilai-nilai dan visi kebaikan yang beda dari sebelumnya. Jika ada yang mengatakan tahun baru, tolong mulai tahun ini tinggalkan yang tidak bermanfaat,” tegas Adi Hidayat.
Dia berucap bangsa kita butuh perubahan. Bangsa kita butuh dorongan-dorongan semangat kebaikan.
Dia mengajak stake holder pemerintahan, pemimpin, pejabat dan sebagainya daripada membuang-buang uang pada acara tidak penting, lebih baik membantu negeri kita untuk berkembang lebih baik.
Adi Hidayat juga menambahkan kita menyadari bangsa ini masih banyak kekurangannya.
Ada yang masih lapar, sekolah-sekolah juga fasilitas masih ada yang belum terbangun. Daripada digunakan untuk hal-hal yang tidak penting, kenapa kita tidak arahkan dan bersinergi dengan masyarakat mendapatkan nilai kebaikan itu.
“Mari kita dorong dengan doa dan kita tampikan kebaikan-kebaikan yang insya allah akan memberi manfaat untuk semua yang insya allah akan merubah diri kita selaku muslim dengan cara mengembalikan kehidupan dan pribadi kita pada tutunan Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW,” ucap Adi Hidayat menghimbau.
Allah Swt juga telah berjanji dalam surat Al-araf ayat 96.
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Jika seluruh penduduk negeri beriman dan meningkatkan ketakwaan, Allah pastikan akan membuka pintu keberkahan.
Dari langit ataupun bumi. Bumi kita akan diberkahi dari Sabang sampai Merauke.