Aksi borong dilakukan oleh salah satu pemegang saham Unilever (UNVR) dengan kepemilikan jumbo jelang jadwal cum date dividen interim 2024.
Berdasarkan jadwal pembagian dividen interim PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) tahun buku 2024, cum date di pasar reguler dan pasar negosiasi jatuh pada 4 Desember 2024.
Kemudian, cum date di pasar tunai jatuh pada 6 Desember 2024 yang bersamaan dengan periode recording date.
Selanjutnya, pemegang saham UNVR yang berhak dijadwalkan menerima pembayaran dividen interim 2024 pada 19 Desember 2024.
Sebagaimana diketahui, Manajemen Unilever Indonesia telah memutuskan pembagian dividen interim tahun buku 2024 total senilai Rp1,56 triliun. Alhasil, para pemegang saham UNVR akan mendapatkan jatah Rp41 per lembar.
“Rencana pembagian dividen interim tahun buku 2024 sesuai dengan keputusan Direksi yang telah disetujui Dewan Komisaris pada tanggal 26 November 2024,” tulis Manajemen Unilever Indonesia dalam keterbukaan informasi di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jelang periode cum date, aksi borong saham UNVR terekam dilakukan oleh perusahaan manajemen aset terbesar di dunia BlackRock Inc.
Bloomberg mencatat BlackRock baru saja memborong 384.936 saham UNVR pada 3 Desember 2024. Setelah transaksi jumlah yang dipegang naik menjadi 239,92 juta lembar.
BlackRock bukan nama baru di jajaran pemegang saham UNVR. Mereka tercatat pertama kali masuk ke dalam daftar pada November 2005.
Sampai dengan Rabu (4/12/2024), BlackRock masih membukukan risiko kerugian di saham UNVR. Pasalnya, rata-rata cost basis per share berada di Rp5.685,55.
Untuk periode Oktober 2024, sejatinya BlackRock sempat berbalik arah di saham UNVR. Jumlah yang dipegang menyusut dari 244,23 juta lembar akhir Oktober 2024 menjadi 239,83 juta lembar per 30 November 2024.
Dari hasil penelusuran Bisnis, aksi itu dilakukan BlackRock setelah terpantau getol memperbesar kepemilikan secara bulanan pada rentang Juli 2024 hingga Oktober 2024.
Berdasarkan data Bloomberg sampai Rabu (4/12/2024), mayoritas atau sebanyak 18 dari 31 sekuritas yang mengulas saham UNVR memberikan rekomendasi jual. Sisanya, 2 memberikan peringkat beli dan 11 hold.
Adapun, target harga saham UNVR berada di Rp1.824,81 dalam 12 bulan ke depan menurut konsensus.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, nilai dividen interim Unilever Indonesia terpantau menciut dalam 5 tahun terakhir.
Sebelumya, UNVR juga telah membagikan dividen final tahun buku 2023 senilai Rp2,93 triliun atau setara Rp77 per saham. Dividen final diambil dari laba bersih 2023 dan saldo laba ditahan dari tahun-tahun sebelumnya. Manajemen menyampaikan bahwa dividen final tersebut dibagikan pada 18 Juli 2024.
Unilever Indonesia sebelumnya juga telah membagikan dividen interim tahun buku 2023 sebesar Rp63 per saham atau Rp2,4 triliun. Dividen itu dibagikan kepada pemegang saham pada 8 Desember 2023.
Dengan demikian, total dividen yang digelontorkan Unilever Indonesia mencapai Rp140 per saham atau sebesar Rp5,34 triliun untuk tahun buku 2023. Jumlah ini sama dengan jumlah keseluruhan dividen yang telah dibagikan perseroan untuk tahun buku 2022.
Pada tahun buku 2022, RUPST UNVR menyepakati pembagian dividen sebesar Rp5,34 triliun, atau 99,29% dari laba bersih tahun buku 2022 yang tercatat sebesar Rp5,36 triliun. Dividen ini terbagi atas dividen interim sebesar Rp69 per saham dan dividen final sebesar Rp71 per saham.
Pada tahun buku 2021, UNVR membagikan total dividen sebesar Rp150 per saham, terdiri dari dividen interim sebesar Rp66 per saham dan dividen final sebesar Rp84 per saham, dengan total dividen sebesar Rp5,72 triliun dan dividend payout ratio (DPR) mencapai 99,34%.
Pada tahun buku 2020, RUPST UNVR menyepakati pembagian dividen sebesar Rp7,13 triliun atau 99,47% dari total laba bersih 2020 yang sebesar Rp7,16 triliun. Dividen terdiri dari dividen interim Rp87 per saham dan dividen final Rp100 per saham.
Pada tahun buku 2019, UNVR membagikan dividen final dan interim masing-masing sebesar Rp107 per saham dan Rp430 per saham, dengan rasio pembayaran dividen mencapai 100% atau seluruh laba bersih senilai Rp7,39 triliun dibagikan sebagai dividen.
Strategi Benjie Yap Kerek Unilever Indonesia (UNVR)
Direktur Utama Unilever Indonesia Benjie Yap telah putar otak dengan menyiapkan sejumlah strategi perbaikan usai perusahaan kembali mencetak penurunan laba pada kuartal III/2024.
Benjie Yap menuturkan hasil kinerja keuangan tahun berjalan memperlihatkan perusahaan sedang menavigasi situasi penuh tantangan. Pada saat bersamaan, UNVR turut mencermati langkah-langkah yang diperlukan sebagai antisipasi.
“Sembari terus beradaptasi pada lanskap pasar yang terus berkembang pesat, kami tetap fokus menghasilkan inovasi yang berkualitas dan konsisten untuk konsumen kami,” ujarnya dalam paparan publik yang digelar, Rabu (23/10/2024).
Dia menyatakan bahwa UNVR sedang melakukan penyesuaian, mulai dari menyempurnakan berbagai produk untuk konsumen hingga memperkuat efisiensi operasional dengan menggunakan perspektif jangka panjang.
Sedikitnya ada empat fokus perbaikan yang dibidik Unilever, yakni kategori, saluran, biaya, dan organisasi. Terkait dengan segmen kategori, perusahaan bakal memperkuat merek dan portofolio utama dengan merilis produk melalui format baru.
UNVR akan melakukan transformasi dari sisi saluran, antara lain pada distribusi perdagangan dan manajemen stok secara efektif. Perusahaan juga bakal mengatur ulang biaya hingga memperbaiki alokasi sumber daya.
Emiten konsumer ini turut memperkuat organisasi supaya lebih efisien dan akuntabel melalui transformasi berkelanjutan, termasuk perubahan di tingkat kepemimpinan.
Benjie menyatakan seluruh upaya tersebut akan dilakukan secara menyeluruh dan diperkirakan membutuhkan waktu sampai dengan semester I/2025.
“Kami mendorong perbaikan operasional yang akan membutuhkan waktu setidaknya hingga paruh pertama tahun depan. Kami sepenuhnya percaya bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk dilakukan,” jelasnya.
Selama periode Januari – September 2024, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) membukukan laba sebesar Rp3 triliun atau turun 28,15% secara tahunan. Ebitda juga tergerus 25,70% menjadi Rp4,58 triliun hingga akhir September.
Penurunan laba sejalan dengan kinerja penjualan bersih yang mengalami koreksi sebesar 10,12% year on year (YoY) atau dari Rp30,5 triliun menjadi Rp27,41 triliun.