Arab Saudi bersikeras jika Israel ingin normalisasi hubungan dengan mereka, pengakuan negara Palestina menjadi harga mati.
Menurut diplomat Amerika Serikat (AS), pernyataan keras tersebut diungkapkan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.
Dikutip dari Al-Arabiya, diplomat itu mengatakan MBS menegaskan pengakuan negara Palestina juga akan menjadi kunci dari stabilitas di Timur Tengah, dan salah satu yang akan memastikan keamanan Israel.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa gencatan senjata di Gaza harus menjadi yang pertama.
Setelahnya, fokus perlu ditempatkan pada stabilitas jangka panjang di kawasan, termasuk keamanan Israel.
“Dan, tentu saja, kuncinya adalah normalisasi hubungan Israel dan Arab Saudi,” bunyi pernyataan Blinken, Rabu (18/12/2024).
Ia berharap pemerintahan Donald Trump selanjutnya bisa menyelesaikan kesepakatan antara Arab Saudi dan Israel.
“Namun agar itu bisa terjadi, kami harus tenang di Gaza, dan itu jelas dari Saudi, namun kami juga perlu memiliki jalur yang kredibel untuk negara Palestina,” tuturnya.
Meski ada laporan selama setahun terakhir bahwa Arab Saudi bersedia meringankan tuntutannya dengan imbalan normalisasi, Riyadh berulang kali konsisten dalam sikapnya menuntut negara Palestina berdasarkan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.
Diperkirakan lebih dari 40.000 warga Palestina telah terbunuh oleh bom Israel sejak Oktober lalu, ketika militer Israel mulai membom Gaza sebagai tanggapan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober.
Israel juga secara rutin memblokir bantuan kemanusiaan untuk masuk ke daerah kantong tersebut.
Puncaknya adalah peringatan baru-baru ini dari AS jika lebih banyak bantuan tak masuk, Washington mungkin akan mengambil tindakan khusus sebagai tanggapannya.
Washington dan pemerintahan Biden sebagian besar dikritik karena gagal mengekang respons Israel terhadap tragedi 7 Oktober, mencegah apa yang banyak orang sebut sebagai genosida terhadap rakyat Palestina.