Warga Gaza begitu membutuhan bantuan kemanusiaan dalam berbagai bentuk, termasuk makanan setelah terus digempur Israel sejak Oktober tahun lalu.
Tapi sayang, jumlah bantuan yang berhasil masuk ke Gaza semakin ke sini malah semakin berkurang.
Misalnya saja, laporan dari 29 LSM, termasuk Save the Children, Oxfam, dan Care, pada pekan lalu menyebut bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah Palestina itu telah jatuh ke titik terendah sepanjang masa.
Pada Oktober kemarin, rata-rata per hari hanya ada 37 truk bantuan kemanusiaan yang tiba di sana. Sementara, pada pekan pertama November ini, jumlahnya naik tapi tidak signifikan menjadi 69 truk per hari.
Angka itu jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata 500 truk per hari sebelum perang Hamas-Israel pecah pada 7 Oktober 2023 lalu.
Hadapi penjarahan
Ketika bantuan kemanusiaan yang berhasil masuk ke Gaza sedikit, warga di sana juga harus menghadapi risiko penjarahan. Ini berarti ada kemungkinan bantuan tidak akan pernah sampai ke tangan warga seharusnya.
Baru-baru ini juga terjadi penjarahan terhadap bantuan yang masuk ke Gaza.
Karena bisa begitu merugikan para penduduk, para penjarah pun terpaksa harus dieksekusi.
Kementerian Dalam Negeri Gaza yang dikelola Hamas pada Senin (19/11/2024) melaporkan, sedikitnya 20 orang tewas dalam operasi yang menargetkan “geng” yang menjarah truk-truk bantuan di Gaza.
“Lebih dari 20 anggota geng yang terlibat dalam penjarahan truk-truk bantuan tewas dalam sebuah operasi keamanan yang dilakukan oleh pasukan keamanan bekerja sama dengan komite-komite kesukuan,” kata Kementerian itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
Kementerian Dalam Negeri Gaza menegaskan, operasi keamanan hari ini tidak akan menjadi yang terakhir.
"Fenomena penjarahan truk telah sangat berdampak pada masyarakat dan menyebabkan tanda-tanda kelaparan di Gaza selatan," jelas mereka.
Pernyataan itu menyebut operasi tersebut sebagai awal dari kampanye keamanan luas yang telah lama direncanakan dan akan diperluas untuk mencakup semua orang yang terlibat dalam penjarahan truk-truk bantuan.
Sebuah sumber dari rumah sakit Eropa di kota Khan Younis, Gaza selatan, mengatakan, mereka telah menerima jenazah 15 orang yang terbunuh sehubungan dengan operasi anti-penjarah pada Senin.
Sebuah sumber dari Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan kepada AFP, bahwa 20 orang tewas sehubungan dengan penjarahan pada Sabtu (16/11/2024) terhadap konvoi Program Pangan Dunia (WFP) yang membawa bantuan ke Gaza.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan dalam jumpa pers di New York hari Senin, hanya 11 dari 109 truk konvoi yang berhasil mencapai gudang setelah masuk melalui penyeberangan Kerem Shalom di dekat perbatasan Mesir.
"Ada kerusakan parah pada truk-truk tersebut dan dalam beberapa kasus, semua muatan di truk ludes,” jelasnya.
Dujarric menyebut insiden tersebut sebagai kejadian penjarahan terburuk di Gaza dalam hal volume.
Dia mengatakan konvoi tersebut awalnya direncanakan untuk Minggu (17/11/2024), namun militer Israel mengatakan kepada rombongan untuk berangkat dalam waktu singkat melalui rute alternatif yang tidak dikenal.
Israel sering menyalahkan ketidakmampuan organisasi-organisasi bantuan untuk menangani dan mendistribusikan bantuan dalam jumlah besar.
Faktanya, distribusi bantuan ke Gaza semakin diperumit oleh kekurangan bahan bakar, jalan-jalan yang rusak akibat perang dan penjarahan, serta pertempuran di daerah-daerah padat penduduk, serta pengungsian yang terus terjadi pada sebagian besar dari 2,4 juta penduduk Gaza.
Beberapa pejabat kemanusiaan mengatakan kepada AFP dengan syarat tidak disebutkan namanya, hampir separuh dari bantuan yang masuk ke Gaza dijarah, terutama pasokan bahan pokok.
Sebuah penilaian yang didukung PBB pada 9 November mengatakan, kelaparan membayangi Jalur Gaza utara di tengah meningkatnya permusuhan dan hampir terhentinya bantuan makanan.
Tapi, Militer Israel mempertanyakan kredibilitas laporan yang didukung PBB tersebut.
Israel disebut merencanakan penjarahan
Terpisaj, sekelompok non-government organization (NGO) pada Jumat (15/11/2024) lalu melaporkan, penjarahan bantuan yang mencapai Gaza menjadi lebih mudah terjadi karena tentara Israel menargetkan polisi setempat yang seharusnya dapat mencegahnya.
"Penjarahan barang terjadi sebagai konsekuensi dari penargetan Israel terhadap pasukan polisi yang tersisa di Gaza dan kelangkaan barang kebutuhan pokok, kurangnya rute, serta penutupan sebagian besar titik-titik penyeberangan. Ini telah mengakibatkan keputusasaan penduduk Gaza di tengah-tengah kondisi yang mengerikan itu," jelas mereka.
Berdasarkan “laporan media”, NGO-NGO tersebut menuduh Militer Israel telah gagal mencegah truk-truk bantuan dijarah dan gerombolan bersenjata memeras organisasi-organisasi bantuan untuk mendapatkan uang perlindungan.
"Dalam beberapa kasus, anggota kepolisian setempat yang tersisa mencoba mengambil tindakan terhadap para penjarah, tetapi diserang oleh pasukan Israel," jelas sekelompok LSM itu.