Dinamika Pemilihan Presiden di Amerika Serikat antara calon presiden Donald Trump dengan Kamala Harris mendapatkan perhatian serius dari Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Ia mengatakan, sudah mengkalkulasi berbagai kemungkinan bila hasil Pilpres AS 2024 itu dimenangkan oleh Donald Trump. Trump merupakan mantan Presiden AS ke 45 dengan periode jabatan 2017-2021.
"Perhitungan sementara-nya Trump unggul, dan prediksi-prediksi dari pasar dan kami juga melihat kemungkinan-kemungkinan," kata Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Perry mengatakan, potensi ekonomi yang bisa terjadi ketika Trump kembali menjadi Presiden AS di antaranya penguatan mata uang dolar AS yang akan terus terjadi ke depan, seiring dengan kembali munculnya tren penguatan suku bunga acuan bank sentral AS, Fed Fund Rate.
"Mata uang dolar akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi, dan tentu saja perang dagang juga masih berlanjut," ungkap Perry.
Ia mengatakan, berbagai permasalahan itu tentu akan memberikan dampak langsung terhadap perekonomian negara-negara ekonomi berkembang, seperti Indonesia. Menurutnya, nilai tukar rupiah berpotensi melemah ke depan, dan aliran modal asing akan semakin sempit.
"Dinamika ini yang akan berdampak ke seluruh negara khususnya emerging market, termasuk Indonesia, yaitu satu, tekanan-tekanan terhadap nilai tukar, kedua, arus modal, dan ketiga, bagaimana ini berpengaruh kepada dinamika ketidakpastian di pasar keuangan," tuturnya.
Guna mengantisipasi potensi risiko dari menangnya Trump dalam Pilpres AS itu, Perry mengatakan, BI akan bersama pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi dan pasar keuangan, sambil terus mendukung laju pertumbuhan ekonomi.
"Ini yang kemudian kita harus respons secara hati-hati, Bank Indonesia untuk itu terus menyampaikan komitmen kami menjaga stabilitas dan turun dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bersinergi erat dengan pemerintah dan KSSK," ujar Perry.
Sebagaimana diketahui, Trump yang diusung Partai Republik unggul dalam electoral collage. Dia mendapatkan 230 suara sementara Kamala yang diusung Partai Demokrat sekitar 210 suara.