Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik disingkat BEM FISIP Unair (Universitas Airlangga), Tuffahati Ulayyah, mengungkapkan bahwa dirinya mengalami intimidasi setelah adanya inisiasi aksi kritik berupa karangan bunga satire yang ditujukan kepada Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Dari foto yang beredar di media sosial, terlihat bahwa karangan bunga tersebut berbentuk persegi panjang dengan gambar presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Papan bunga itu menyampaikan pesan, “Selamat atas dilantiknya Jenderal Bengis Pelanggar HAM dan Profesor IPK 2,3 sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang lahir dari rahim haram konstitusi.” Di bawah foto Prabowo tertulis “Ketua Tim Mawar,” sementara di bawah foto Gibran tertulis “Admin Fufufafa.” Selain itu, terdapat tulisan “Dari: Mulyono (B******n Penghancur Demokrasi).”
Mahasiswa yang akrab disapa Tuffa itu menjelaskan bahwa karangan bunga tersebut merupakan bentuk ekspresi dari Kementerian Politik dan Kajian Strategis yang bernaung di bawah BEM FISIP Unair. Aksi ini dilakukan sebagai respons terhadap isu pengawasan pemilu dan berbagai pelanggaran HAM. Menurutnya, karangan bunga ini adalah puncak ekspresi dari teman-teman Kementerian Politik dan Kajian Strategis BEM FISIP Unair. Sebagai hasil dari rangkaian kajian, diskusi, dan karya-karya lainnya yang telah dihasilkan, karangan bunga ini menjadi penutupnya.
“Kemarin kan Presiden dan Wakil Presidennya sudah dilantik, komitmen kami dari awal pemilu sampai akhir pemilu, sampai pasca pelantikan itu sudah terlaksana, dan diekspresikan kreativitasnya melalui sarkasme dalam karangan bunga,” ujar Tuffa saat ditemui di depan gedung FISIP, Kampus B Unair pada Senin, 28 Oktober 2024.
Namun, langkah ini tidak sepenuhnya bebas dari tekanan. Di hadapan media, Tuffa mengungkapkan bahwa ia mengalami intimidasi dari pihak luar yang tidak ia kenal. Bentuk intimidasi tersebut diterima melalui WhatsApp dari empat hingga lima nomor, serta serangan personal yang banyak disampaikan melalui Instagram. Narasi yang disampaikan dalam pesan-pesan tersebut hampir serupa, yaitu mengglorifikasi program-program Jokowi, disertai ancaman, serta doa yang kurang baik.
“Mungkin yang diterima kawan-kawan beda ya, kalau saya melalui telepon, video call, spam chat, dm Instagram, dan lain-lain. Cuma saya akan berkonsultasi dengan LBH untuk menindaklanjuti dan meminta konsultasi apa tindakan yang perlu saya lakukan berikutnya,” kata Tuffa.
Tuffa tidak menjadi satu-satunya orang yang mendapatkan intimidasi dari pihak luar terkait dengan karangan bunga satire ini. Meskipun belum bisa memetakan secara pasti, Tuffa mengaku hingga saat ini telah menerima laporan dari kurang lebih lima orang yang mendapat intimidasi serupa, dimana kelima orang tersebut semuanya adalah pengurus BEM.
Meskipun demikian, Tuffa dengan tegas menyatakan bahwa berbagai intimidasi yang ia dan rekan-rekan BEM-nya dapatkan itu tidak berpengaruh apa-apa dan tidak membuat mereka takut.
“Oh tentu tidak berpengaruh apa-apa pada saya. Teman-teman BEM FISIP lainnya juga saya rasa kemarin saya sudah mengkondisikan teman-teman, apabila memang ada yang diserang orang yang tidak dikenal atau nomor yang mengganggu, sampaikan pada kami. Sebagai BPH kami akan bantu dengan konsultasi di LBH dan juga Unair Help Center. Kemudian apabila itu mengarah ke pelecehan verbal, kami akan ke Satgas PPKS,” tuturnya.
Di sisi lain, Dekan FISIP Unair, Bagong Suyanto, ketika ditemui di ruang Dekanat FISIP, Kampus B Unair pada Senin, 28 Oktober 2024, menjelaskan bahwa selama pertemuan dengan pengurus BEM FISIP Unair sebelumnya, tidak disampaikan bahwa para pengurus BEM mengalami intimidasi. Menurut Bagong, kampus harus tetap objektif dan berlandaskan kekuatan data, sehingga yang tercipta adalah dialog yang objektif dan intelektual.
“Saya justru membuat kebijakan untuk mahasiswa itu untuk tidak larut dalam diksi yang kasar itu dalam rangka melindungi. Makanya, risikonya kalau kita biarkan bermain dalam diksi yang kasar, nanti juga ada kelompok yang juga menggunakan cara yang kasar. Saya tidak mau seperti itu,” Bagong menjelaskan.