Bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Rabu (16/10). Kinerja indeks Dow Jones Industrial Average juga mencatat rekor tertinggi, atau pulih dari penurunan yang terjadi di sesi sebelumnya.
Indeks saham bluechip ini naik 337,28 poin atau 0,79%, berakhir ke level 43.077,70 dan S&P 500 terangkat 0,47% pada posisi 5.842,47. Nasdaq Composite menguat 0,28% menjadi 18.367,08. Hal ini didorong oleh peningkatkan kinerja keuangan sejumlah perusahaan global.
Kemudian saham Morgan Stanley melonjak 6,5% setelah melaporkan kinerja laba dan pendapatan kuartal ketiga yang melampaui perkiraan analis Wall Street. United Airlines juga mencatat hasil yang lebih baik dari perkiraan dan memberikan proyeksi optimistis untuk kuartal keempat sehingga mengangkat kinerja saham hingga 12,4%.
Dengan begitu, awal musim laporan keuangan perusahaan menunjukkan tren positif. Menurut data dari FactSet, sekitar 50 saham dari S&P 500 telah merilis kinerja kuartal ketiganya, di mana 79% di antaranya berhasil melampaui ekspektasi.
Padahal pada perdagangan Selasa (15/10), Dow Jones dan S&P 500 sempat turun lebih dari 0,7% dari rekor terbaru. Diikuti penurunan kinerja Nasdaq Composite hingga 1%.
Investor Antisipasi Penurunan Kinerja Saham
Walaupun kondisi pasar sedang tidak stabil, Kepala Strategi Investasi dari CFRA Research, Sam Stovall yakin kinerja bursa bisa naik dalam waktu dekat, terutama setelah mencatatkan kenaikan di level lebih tinggi pada September 2024.
Secara historis, kinerja saham periode September pada tahun-tahun Pemilu AS justru cenderung negatif. Namun September kali ini justru positif, diikuti kinerja bulan Oktober yang juga positif. Realisasi ini berbeda dengan tren negatif periode Oktober secara umum.
Dalam dua bulan terakhir pada tahun Pemilu, pasar cenderung naik di hampir semua indeks, gaya, dan sektor mencatatkan keuntungan positif. “Jadi, para investor sangat memahami bahwa saat ini pasar sedang didukung oleh momentum yang positif,” kata Stovall dikutip CNBC, Kamis (17/10).
Namun, investor masih mengantisipasi kemungkinan terjadinya penurunan harga saham (pullback) karena valuasi ekuitas saat ini terlihat cukup tinggi. Meski begitu, kemungkinan aksi jual besar baru akan terjadi setelah Pemilu dan mungkin tidak akan terjadi sebelum pergantian tahun.
"Pasar mungkin akan rentan terhadap beberapa kejadian eksternal yang bisa memicu guncangan pada harga saham," ujarnya.