Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Pengamat Soal Pemukulan Wasit di PON 2024, Cerita Lama Sepak Bola Indonesia

September 15, 2024 Last Updated 2024-09-15T07:33:53Z


Pertandingan perempat final PON Aceh 2024 antara tuan rumah Aceh dan Sulawesi Tengah pada Sabtu (14/9/2024) berlangsung sangat kontroversial dengan puncaknya wasit Eko Agus Sugih Harto dipukul oleh pemain Sulteng, Rizki Saputra.


Pertandingan perempat final Aceh vs Sulteng bergulir di Stadion Dimurthala, Banda Aceh.


Selain pemukulan wasit, laga tersebut diwarnai kericuhan antar staff kedua kubu, pelemparan botol ke lapangan, dan tiga kartu merah bagi Sulawesi Tengah yang sempat unggul di babak pertama berkat gol Wahyu Alan (24').


Aceh baru menyamakan kedudukan sangat larut pada injury time babak kedua lewat eksekusi penalti Akmal Juanda, penalti kedua Aceh di tambahan waktu tersebut.


Sulawesi Tengah mendapat tiga kartu merah, masing-masing kepada Wahyu Alman (74'), Moh Akbar (85'), dan Rizki Saputra (90+7).


Puncak kontroversi terjadi ketika Rizki memukul wasit Eko Agus setelah sang pengadil memberikan penalti bagi tuan rumah Aceh kendati tekel pemain Sulteng di kotak terlarang terlihat bersih.


Wasit Eko pun mendapatkan perawatan medis sebelum sempat dibawa keluar lapangan dengan mobil ambulan dan kembali memimpin laga.


Pertandingan berakhir 1-1 di waktu normal tetapi Sulteng menolak melanjutkan laga yang seharusnya bergulir ke babak perpanjangan waktu.


Aceh pun akan menghadapi Jawa Timur pada laga semifinal.


Kata Pengamat Terkait Insiden Pemukulan Wasit


Pengamat sepak bola dan mantan wasit Porda serta Liga Nusantara, Ibam Hariri, mengatakan bahwa dirinya tak terkejut apabila pertandingan menjadi panas.


Ia tidak membenarkan aksi pemukulan kepada wasit tetapi kualitas sang pengadil dalam memimpin pertandingan juga dikatakan jauh dari mumpuni.


Selain pemberian tiga kartu merah dan kedua penalti, sang pengadil juga tidak memberikan penalti bagi Sulteng saat pemain mereka terkena kaki tinggi dari bek Aceh pada akhir babak pertama.


"Cerita lama sepak bola di level amatir dan pembinaan yang tercoreng oleh oknum-oknum," ujarnya kepada Kompas.com pada Minggu (15/9/2024) dini hari WIB.


"Saya tidak bisa menunjuk satu-dua orang yang salah di momen ini. Ketika dulu jadi wasit dan tugas di ajang multievent seperti ini pasti tekanan dan 'permainan'-nya lebih tinggi."


Menurutnya, para pengadil belum bisa menangani tekanan dalam laga tersebut dengan baik.


"Saya rasa dari nama-nama yang bertugas sejak kemarin, kebanyakan adalah wasit-wasit lokal yang kualifikasinya sudah nasional tetapi secara level pengalaman belum seharusnya ada di level laga dengan atmosfer seketat itu," tuturnya menambahkan.


"Kelihatan sekali dari berbagai keputusannya, wasit salah pernafsiran, berada di posisi salah, dan keputusan pun terlihat penilaiannya ngaco di luar Laws of the Game."


"Kejadian hari ini hanya puncaknya, sebelum-sebelumnya juga sudah sering."


"Saya rasa jelas respons pemain Sulteng salah tetapi dalam kondisi itu semua juga manusia yang punya emosi. Insting akan melawan apabila dirugikan dengan cara yang sangat ketara ."


Pengawasan dan Pembinaan Menjadi Kunci


Menurut komentator yang sering menghiasi layar kaca ini, pengawasan sangat diperlukan dalam situasi berikut-berikutnya.


"Setelah kejadian ini pantauan dari pusat pasti akan diperketat dan penugasan wasit bakal lebih dijaga di babak selanjutnya," tuturnya.


"Apa yang terjadi di laga tadi, saya rasa itu kejadian terus berulang karena pengawasannya tidak maksimal. Wasit-wasit yang bertugas belum saatnya ada di level laga seketat itu."


"Sama kaya pemain bola, wasit harus ada pembinaannya. Pembinaan di turnamen berkala dengan ruang lingkup bagus dan set up laga bagus jadi semuanya bakal terbangun dengan bagus."


"Kalau seperti ini kan yang paling dirugikan adalah para peserta. Semua yang bertanding di PON  sudah latihan, mengorbankan waktu, tenaga, mungkin ada juga yang tiba dengan bayaran tak seberapa tetapi harapan dihancurkan  olehf faktor non teknis," lanjut Ibam.


"Semoga jadi bahan pembelajaraan. Sudah lagu lama sebenarnya yang sudah harus diseriusin."


Ibam pun berharap agar kejadian ini menjadi momen untuk menyamaratakan pembinaan tidak hanya di level elite tetapi juga di kasta-kasta bawah.


Termasuk, di multievent seperti PON yang ia katakan punya tujuan sangat bagus tetapi justru malah memperlihatkan "borok" sepak bola di level ini.


"Semoga dari pihak Exco PSSI dan stakeholder terkait membuat pembinaan tidak di level elite, di bawah harus diperhatikan juga," tuturnya.


"Wasit berkualitas akan menunjang laga menjadi berkualitas."

×