Aktivitas pabrik di China berkontraksi selama lima bulan berturut-turut pada September 2024. Ini terjadi karena negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu berjuang untuk menghidupkan kembali momentum pertumbuhannya.
Data dari Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis pada Senin (30/9/2024) memaparkan indeks manajer pembelian manufaktur atau PMI resmi mencapai 49,8 pada September, dibandingkan dengan 49,1 pada Agustus, 49,4 pada Juli, dan 49,5 pada Juni.
Hasil pembacaan PMI di atas 50 menunjukkan ekspansi dalam aktivitas, sementara hasil pembacaan di bawah level tersebut menunjukkan kontraksi. Data tersebut mengalahkan angka 49,5 yang diharapkan di antara para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Zhao Qinghe, ahli statistik senior di NBS, mengatakan bahwa sentimen ekonomi secara keseluruhan telah membaik dengan PMI naik menjadi 49,8%. Ia menyebut aktivitas manufaktur telah meningkat pesat, di mana manufaktur berteknologi tinggi dan manufaktur peralatan terus memimpin.
Namun, PMI Caixin China berada di angka 49,3, dibandingkan dengan 50,4 pada Agustus, menurut survei swasta yang disusun oleh S&P Global.
Data Caixin yang dirilis pada Senin mengindikasikan bahwa sektor manufaktur China mengalami kontraksi paling tajam dalam 14 bulan pada September. Hal ini didorong oleh permintaan yang menurun dan pasar tenaga kerja yang melemah.
Erica Tay, direktur penelitian makro di Maybank Investment Banking Group, mengatakan seri Caixin cenderung lebih condong ke eksportir dan perusahaan sektor swasta. Ia menambahkan bahwa penurunan pesanan baru bukanlah hal yang tidak terduga.
"Tahun ini, produsen telah terlibat dalam persaingan harga yang ketat, untuk menggerakkan volume. Hal ini cenderung memberi insentif kepada pembeli untuk menimbun stok. Data terbaru menunjukkan bahwa pemburu barang murah telah membeli apa yang mereka butuhkan untuk jangka pendek," kata Tay, seperti dikutip CNBC International.
Hambatan bagi sektor manufaktur terus meningkat akibat perlambatan ekonomi yang berkepanjangan, sementara krisis properti melemahkan permintaan domestik. Di sisi lain, pembatasan Barat terhadap ekspor China, termasuk kendaraan listrik, telah menambah kekhawatiran.
Data tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian tanda-tanda ekonomi China yang mengecewakan. Ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut masih berjuang dengan permintaan domestik yang lemah, penurunan di sektor perumahan, dan meningkatnya pengangguran.
Pekan lalu, pemerintah China mengintensifkan upayanya untuk menopang pertumbuhan ekonomi negara yang lesu. Bank Rakyat China memangkas rasio persyaratan cadangan atau RRR, jumlah uang tunai yang harus dimiliki bank sebagai cadangan, sebesar 50 basis poin.
Bank tersebut juga menurunkan suku bunga reverse repo tujuh hari dari 1,7% menjadi 1,5%, penurunan sebesar 20 basis poin.