Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Konsensus Ekonom Prediksi Surplus Neraca Dagang Agustus 2024 Naik ke US$1,9 Miliar

September 17, 2024 Last Updated 2024-09-17T03:36:21Z


Konsensus ekonom meramalkan neraca perdagangan barang atau trade balance membukukan surplus senilai US$1,9 miliar pada Agustus 2024, sejalan dengan meningkatnya ekspor saat impor melambat. Apabila ramalan benar terjadi, maka hal tersebut menandakan berlanjutnya tren surplus menjadi 52 bulan beruntun. 


Hasil konsensus ekonom Bloomberg yang berasal dari 21 perusahaan mengestimasikan nilai tengah atau median di angka US$1,9 miliar dengan prediksi tertinggi senilai US$3,6 miliar yang dirilis oleh JP Morgan Chase Bank. 


Sementara estimasi terendah untuk capaian neraca perdagangan Agustus 2024 ini masih positif alias surplus di angka US$222 juta dari KB Valbury Sekuritas. 


Membandingkan dengan realisasi neraca perdagangan Juli 2024 yang senilai US$472 juta, proyeksi Agustus 2024 cukup optimistis.  


Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro, yang tergabung dalam konsensus, memprediksikan neraca perdagangan Indonesia akan membukukan surplus yang lebih besar senilai US$2,04 miliar pada Agustus 2024. 


“Surplus neraca perdagangan naik dari US$0,47 miliar di bulan sebelumnya, seiring dengan penurunan impor yang lebih besar dari bulan ke bulan dibandingkan ekspor,” ungkapnya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (17/9/2024). 


Andry menjelaskan pada saat bersamaan, ekspor diperkirakan akan tetap positif dengan tumbuh 0,55% secara tahunan (year-on-year/YoY). Meski demikian, ekspor secara bulanan (month-to-month/MtM) sedikit terkontraksi sebesar 0,4%.  


Ekspor masih tertopang permintaan yang kuat dari mitra dagang utama Indonesia, seperti Uni Eropa, Asean, Korea Selatan, dan China. Sementara penurunan ekspor paling terdampak pada perdagangan internasional Indonesia dengan India.


Senada dengan Asmo, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat peningkatan surplus perdagangan Agustus 2024 dipengaruhi oleh kinerja ekspor bulanan yang meningkat dan diikuti oleh pelemahan kinerja impor.


“Surplus perdagangan Indonesia pada bulan Agustus 2024 diperkirakan meningkat menjadi US$2,29 miliar dari surplus Juli,” tuturnya. 


Proyeksi Konsensus Ekonom untuk Neraca Dagang Agustus 2024

Ekonom Perusahaan Estimasi (US$, miliar) 

David E Sumual PT Bank Central Asia Tbk. 2,39

PT Bank Mandiri Persero Tbk. 2,04

Lavanya Venkateswaran OCBC 2,1

Krystal Tan Asutralia & New Zealand Banking Grp. 1,45

Hosianna Evalita Situmorang PT Bank Danamon 1,2

PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk. 2,08

Brian Tan Barclays Bank PLC 2,64

Helmi Arman Citigrup Securities Indonesia 1,96

Radhika Rao DBS Bank Ltd 1,9

Pranjul Bhandari HK and SH Banking Corp Ltd SP BR 2,45

Sin Beng Ong JP Morgan Chase Bank NA 3,6

Fikri C Permana KB Calbury Sekuritas 0,22

Jeemin Bang Moodys Analytics Singapore Pte Ltd 0,7

Euben Paracuelles Nomura Singapore Limited 1,79

Juniman Juniman PT Bank Maybang Indonesia Tbk 1,74

Josua Pardede PT Bank Permata Tbk 2,29

Renno Prawira PT Ciptadana Sekuritas Asia 1,31

Miguel Chanco Pantheon Macroeconomics Ltd 2,25

Rully Arya Wibisono PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia 1,57

Aldian Taloputra Standard Chartered Bank 1,82

Alvin Liew United Overseas Bank Limited 1,5 

Sumber: Bloomberg, Senin (16/9/2024)


Pertumbuhan Ekspor Tertahan Harga Batu Bara


Lebih lanjut Asmo menyebutkan pertumbuhan ekspor tahunan yang masih positif didukung oleh kenaikan harga crude palm oil/CPO sebesar 5,6% YoY atau 1,2% MtM di bulan Agustus. 


Sementara batu bara masih mengalami kontraksi sebesar 6,3% YoY, tetapi tumbuh positif sebesar 4,4% MtM. 


“Harga bijih besi, nikel, dan baja juga masih mencatat kontraksi tahunan, sementara secara bulanan, masing-masing tumbuh -6,8%, 1,2%, dan 1,4% secara bulanan,” lanjutnya. 


Di sisi lain, impor diperkirakan akan tumbuh 6,35% YoY atau -7,63% MtM, sejalan dengan moderasi harga minyak global yang didorong oleh sentimen negatif, terutama terkait kekhawatiran atas melemahnya permintaan minyak dari China. Muncul juga perkiraan harga yang lebih rendah dari OPEC dan EIA. 


Sementara apresiasi rupiah sebesar 3,10% secara bulanan juga diperkirakan akan berkontribusi pada pertumbuhan impor yang lebih rendah pada bulan Agustus.


Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melanjutkan kinerja impor Indonesia diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -5,07% MtM meski secara tahunan diperkirakan akan meningkat 9,30%. 


“Kontraksi bulanan terutama disebabkan oleh kinerja yang lebih lemah di sektor manufaktur. Sementara itu, moderasi pertumbuhan tahunan sejalan dengan tren pelemahan aktivitas ekonomi global,” katanya. 


Ekspor yang masih kuat dengan perkiraan akan tumbuh sebesar 4,20% YoY, melambat dari 6,46% YoY pada bulan Juli 2024, mencerminkan normalisasi harga komoditas yang sedang berlangsung dan pelemahan pertumbuhan ekonomi global.


Sejalan dengan Pelemahan PMI Manufaktur 


Dari 21 ekonom tersebut, seluruhnya kompak meramalkan terjadi surplus. Tak ada satupun yang memprediksi adanya defisit, padahal sedang terjadi penurunan kinerja Purchase Manager Index (PMI) manufaktur. 


Menurut laporan terbaru S&P Global pada awal September, indeks yang menggambarkan aktivitas manufaktur nasional bulan ini sebesar 48,9 atau turun dari bulan sebelumnya yang berada pada level 49,3.


Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menyatakan pelemahan kinerja manufaktur tersebut mendorong lemahnya impor yang ditandai dengan melambatnya persentase pertumbuhan bahan baku impor dan bahan penolong. 


“Bahkan impor untuk bahan baku, bahan penolong industri pun relatif melambat dengan terkontraksi industri manufaktur kita yang tercermin PMI Manufaktur yang terkontraksi atau di bawah 50,” ujarnya, Senin (16/9/2024). 


Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan realisasi ekspor, impor, dan neraca dagang Indonesia pada hari nii, Selasa (17/9/2024), pukul 11.00 WIB. 

×