Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kisah Nenek Maarten Paes di RI: Hidup Sengsara Ditahan Jepang

September 27, 2024 Last Updated 2024-09-27T02:53:47Z


Maarten Paes menjadi perbicangan usai tampil apik di dua laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Dia berhasil menghalau serangan Timnas Arab Saudi dan Australia hingga membuat pertandingan bersama Timnas Indonesia mendapat hasil imbang.


Keberadaan Maarteen Paes dalam kesebelasan merupakan hasil naturalisasi pemerintah Indonesia. Sebelumnya, dia merupakan warga negara Belanda yang lahir dan tumbuh besar di Nijmegen, Belanda. Dia pun punya kesempatan besar membela Timnas Negeri Kincir Angin.


Tak seperti pemain naturalisasi lain, Paes sebenarnya tak punya darah Indonesia sedikit pun. Dia juga tak pernah menetap lama di Indonesia. Hanya saja, kunci penting dalam naturalisasi Maarten Paes berada di neneknya, Nel Appels-van Heyst.


Sang nenek merupakan wanita Belanda kelahiran Kediri dan sempat tinggal lama di Indonesia. Dia dikategorikan sebagai kelompok Blijvers atau orang asli Eropa yang lahir di Hindia Belanda sebelum Indonesia merdeka. Dari sini, dia bisa lolos persyaratan naturalisasi yang ditetapkan pemerintah Indonesia.


Dalam akun Youtube FC Dallas, Paes bercerita neneknya berasal dari Kediri. Setelah lahir, van Heyst berada 5-6 tahun di Indonesia sebelum Perang Dunia II terjadi tahun 1942. Artinya, nenek Paes tinggal di Indonesia sejak kelahirannya sekitar tahun 1937.


Saat perang meletus, van Heyst jadi salah satu orang Belanda yang menderita. Sebagai orang Belanda asli, dia terciduk Jepang dan sempat berada di kamp-kamp konsentrasi bentukan Spanyol dan Jepang. Dia pun harus berpisah dengan ibunya.


"Saat Perang Dunia II pecah, dia (nenek) tinggal dalam kamp-kamp Spanyol dan Jepang," kata Paes.


Sejarah mencatat, setiap orang yang hidup di kamp konsentrasi berada dalam kondisi mengenaskan. Pasalnya, pihak musuh pasti akan bertindak kejam hingga membuat tahanan kelelahan fisik dan mental. Beruntung, nenek Paes masih bisa bertahan hingga pertempuran usai.


Barulah saat perang selesai, dia pulang kampung ke Belanda menggunakan kapal. Di sana, van Heyst memulai hidup baru hingga lahir generasi keluarga baru. Termasuk, Maarten Paes pada 14 Mei 1998.


Semasa hidup bersama, Paes bercerita neneknya kerap mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Kiper FC Dallas ini juga mengungkap sang nenek sering menceritakan kehidupan masa muda di Indonesia. Selain itu, dia juga diajarkan keterampilan di luar olahraga, seperti memasak. 


Dari sini, Paes tahu betapa bangga dan bersyukurnya nenek terhadap tanah kelahirannya, Indonesia.  Dari penceritaan itu, Paes kemudian mantap menerima tawaran naturalisasi. 


"Saya mau bermain untuk Indonesia karena pertama-tama adalah sebuah penghormatan kepada nenek saya yang telah meninggal sekitar satu bulan yang lalu," ucap Paes.

×