Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Harta Susut Rp815,40 Triliun, Bernard Arnault Merosot ke Posisi 5 Orang Terkaya Dunia

September 20, 2024 Last Updated 2024-09-20T12:07:01Z


Kekayaan konglomerat pemilik LVMH, Bernard Arnault, merosot, dan membuatnya tergeser dari orang terkaya di dunia menjadi di posisi ke-5 setelah mengalami kerugian sebesar US$54 miliar atau sekitar Rp815,4 triliun.


Arnault adalah pendiri dan CEO LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton, raksasa barang mewah Prancis. Pada akhir Maret, kekayaannya diperkirakan sempat mencapai US$231 miliar, menempatkannya di atas CEO Tesla Elon Musk dan pendiri Amazon Jeff Bezos di puncak Bloomberg Billionaires Index.


Kekayaan taipan mode itu kemudian menyusut sebesar US$54 miliar sejak saat itu menjadi US$177 miliar pada penutupan perdagangan Rabu. Total kekayaannya menempatkannya di posisi keempat dan hanya US$1 miliar di depan salah seorang pendiri Oracle, Larry Ellison.


Kekayaan bersih Arnault telah anjlok sebesar US$30 miliar tahun ini, menjadikannya orang yang paling banyak kehilangan kekayaan di antara 500 orang dalam daftar Bloomberg. 


Selain itu, dia juga satu-satunya orang di antara 18 orang terkaya yang berada di posisi rugi sepanjang 2024, ketika yang lainnya memperoleh sedikitnya US$14 miliar sampai US$63 miliar.


Senada, peringkat kekayaan Forbes menunjukkan kisah yang serupa. Arnault turun dari posisi pertama, dengan kekayaan bersih US$233 miliar pada 8 Maret, ke posisi kelima, dengan kekayaan US$175 miliar, di belakang Musk, Bezos, Ellison, dan CEO Meta Mark Zuckerberg.


Penurunan kekayaan "Wolf in Cashmere" itu mencerminkan penurunan 16% dalam harga saham LVMH ke level terendah dalam dua tahun. Arnault sendiri memiliki sekitar 48% saham konglomerat mewah tersebut, yang menaungi sekitar 75 merek, termasuk Tiffany & Co., Louis Vuitton, Dom Perignon, dan Sephora.


Saham LVMH anjlok setelah terpukul oleh masalah yang dialami perusahaan. Perusahaan ini berjuang keras pada paruh pertama tahun ini dengan pendapatan pokok hanya naik 2% dan pendapatan dari operasi berulang turun 8%. 


Sementara itu, laba pokoknya anjlok 26% dalam bisnis anggur dan minuman beralkohol, turun 19% dalam segmen jam tangan dan perhiasan, dan 6% dalam segmen utama fesyen dan barang dari kulit.


Arnault juga memperingatkan tentang "iklim ketidakpastian ekonomi dan geopolitik" dalam rilis laba. 


Sementara itu, Bloomberg melaporkan bulan lalu bahwa Sephora juga telah memangkas 4.000 orang tenaga kerjanya di China sebesar 10% untuk menghadapi pasar lokal yang menantang.


Industri barang mewah sebenarnya sudah cukup berkembang pesat setelah pandemi karena perjalanan kembali dibuka dan permintaan belanja yang terpendam mulai terbebas. Namun, industri ini mengalami kesulitan baru-baru ini karena inflasi yang tinggi, suku bunga yang lebih tinggi, dan kekhawatiran resesi telah meredam permintaan bahkan di antara konsumen kaya.

×