Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

9 Update Perang Arab: Irak Bergerak Serang Israel, AS-Saudi 'Teriak'

September 26, 2024 Last Updated 2024-09-26T04:23:08Z


Perang di Arab makin tereskalasi. Rabu waktu setempat, Hizbullah menembakkan rudal balistik ke kota Tel Aviv dengan Israel melancarkan lebih banyak serangan udara ke Lebanon.


Hizbullah Bom Tel Aviv 


Hizbullah mengatakan telah menembakkan rudal balistik yang menargetkan markas besar badan mata-mata Israel Mossad di dekat Tel Aviv, Rabu. Kelompok itu menyebut ini menjadi balasan dari gelombang serangan baru-baru, yang melibatkan ledakan ribuan alat komunikasi anggota Hizbullah pekan lalu, serta serangan udara lain yang menewaskan komandan tinggi Hizbullah, pekan ini.


"Perlawanan Islam meluncurkan rudal balistik 'Qader 1' pada pukul 6:30 pagi (0330 GMT) pada hari Rabu, 25-9-2024, yang menargetkan markas besar Mossad di pinggiran Tel Aviv," kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.


"Markas besar ini (Mossad) bertanggung jawab atas pembunuhan para pemimpin dan ledakan pager dan perangkat nirkabel," tambahnya.


Dikatakan juga bahwa serangan itu dilakukan untuk mendukung rakyat Gaza. Ini pun dilakukan untuk membela Lebanon dan rakyatnya yang digempur serangan udara Israel beberapa hari terakhir, khususnya di wilayah Selatan.


Jet Tempur Israel Gempur Lebanon


Jet tempur Israel kembali menggempur Lebanon. Militer Israel mengatakan menyerang 60 target intelijen Hizbullah Rabu.


"Hari ini (Rabu), dipandu oleh direktorat intelijen, jet tempur menyerang 60 target teroris milik direktorat intelijen Hizbullah," kata pernyataan militer.


"Serangan itu menghancurkan alat pengumpulan intelijen dan pusat komando," klaimnya.


Perlu diketahui, fokus perang Israel bergeser tajam dari Gaza ke Lebanon dalam beberapa hari terakhir. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan itu Senin pekan lalu.


Sumber keamanan Lebanon juga mengatakan serangan Israel menghantam daerah Saadiyat dekat Beirut. Setidaknya 51 orang tewas dalam serangan baru tersebut.


Secara rinci, selama tiga hari, sudah 2.000 target di Lebanon dibombardir Israel melalui serangan udara. Dilaporkan ratusan orang tewas akibat hal tersebut.


90.000 Orang Mengungsi di Lebanon


Sementara itu, sekitar 90.000 orang telah mengungsi di Lebanon minggu ini, karena eskalasi pertempuran Israel dan Lebanon.


Sejak Senin, Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB telah mencatat 90.530 orang baru mengungsi.


Senin lalu menjadi tanda baru kekerasan kedua belah pihak. Di mana serangan Israel di Lebanon pada hari itu menewaskan sedikitnya 558 orang, menjadi kekerasan paling mematikan sejak perang saudara Lebanon tahun 1975-1990, yang menyebabkan orang-orang melarikan diri untuk menyelamatkan diri.


"Di antara mereka, lebih dari 111.000 orang yang mengungsi sejak Oktober... kemungkinan besar telah mengungsi sekunder", bunyi pernyataan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengacu pada dimulainya permusuhan lintas batas antara Israel dan Hizbullah.


Sementara itu, Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan pada hari Selasa bahwa jumlah pengungsi di Lebanon saat ini lebih banyak dari sebelumnya. Bahkan tegasnya, angkanya mungkin "mendekati setengah juta".


Warga Israel Panik


Sementara itu, pertempuran Israel dengan Hizbullah menjadi sangat nyata pada hari Rabu bagi orang-orang di Tel Aviv. Sirine mengaung di ibu kota ketika milisi Lebanon menembakkan rudal balistik ke kota mereka.


"Kami bergegas ke tempat perlindungan di lantai bawah, seperti kami turun sekitar tiga lantai. Dan itu tentu saja sangat menakutkan," kata Alon Neubach, yang tinggal di pinggiran ibu kota komersial Israel, mengatakan kepada AFP.


"Saya lebih takut dengan roket-roket ini karena saya tahu roket-roket itu lebih kuat dan lebih akurat," kata pekerja teknologi berusia 41 tahun itu.


Militer Israel mengatakan bahwa rudal permukaan-ke-permukaan itu adalah rudal pertama yang pernah ditembakkan Hezbollah untuk mencapai Tel Aviv. Jutaan orang dikatakannya harus berlindung di tempat perlindungan bom.


"Ini adalah rudal jarak jauh Hizbullah yang ditembakkan tanpa pandang bulu ke jutaan rakyat kami," klaim Israel.


Irak Bergerak Serang Pelabuhan Israel di Laut Merah


Kelompok Perlawanan Islam di Irak mengonfirmasi melakukan serangan ke pelabuhan Laut Merah Israel di Eilat pada Rabu. Serangan ini juga diakui militer Israel meski mengatakan mereka dapat mencegatnya.


"Perlawanan Islam di Irak menyerang target strategis di Eilat pada hari Rabu... menggunakan pesawat tanpa awak," katanya dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di Telegram.


Sementara kelompok lain yang juga pro Iran di sana, mendesak lebih banyak serangan di tengah masih meningkatnya ketegangan di Gaza dan Lebanon. Brigade Hizbullah Irak misalnya mengeluarkan seruan untuk meningkatkan operasi terhadap Israel.


"Upaya saat ini belum sesuai dengan ambisi 'Poros Perlawanan'," kata juru bicara Hizbullah Irak Abu Ali al-Askari merujuk kelompok-kelompok proksi Iran yang tersebar tak hanya di Irak, tapi terkait Hizbullah di Lebanon, dan kelompok Huthi di Yaman.


"Kami berharap faksi-faksi dalam Perlawanan Islam, yang mendukung Palestina dan Lebanon, akan meningkatkan jumlah dan tingkat keparahan operasi mereka," tambahnya lagi.


Netanyahu Tak Akan Hentikan Operasi Serang Lebanon


PM Israel Benjamin Netanyahu Rabu memperingatkan Israel tidak akan menghentikan operasi militernya terhadap Hizbullah. Hingga, tambahnya, penduduk utara dapat kembali ke rumah mereka dengan aman.


"Kami menyerang Hizbullah dengan pukulan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Kami melakukan ini dengan kekuatan penuh, kami melakukan ini dengan tipu daya," katanya.


"Satu hal yang saya janjikan kepada Anda: kami tidak akan beristirahat hingga mereka kembali ke rumah", tambahnya.


Serangan Darat Israel ke Lebanon


Militer Israel mengancam serangan darat ke Lebanon. Ini diutarakan Rabu oleh kepala militernya saat mengonfirmasi rentetan serangan udara besar-besaran yang dilakukan ke wilayah Beirut.


"Anda mendengar jet tempur di atas kepala, kami telah menyerang sepanjang hari," kata Jenderal Militer Israel Herzi Halevi kepada pasukan Israel di perbatasan dengan Lebanon dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters.


"Ini untuk mempersiapkan jalan bagi kemungkinan masuknya Anda (pasukan) dan untuk terus merendahkan Hizbullah," ujarnya menyebut kelompok milisi Lebanon, pro Hamas.


Sementara itu, Amerika Serikat (AS) mengatakan tidak yakin sekutu dekatnya Israel, akan meluncurkan operasi darat di Lebanon dalam waktu dekat. Penegasan dikatakan Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh.


"Sepertinya tidak akan terjadi sesuatu yang dekat," katanya.


"Kami tentu tidak ingin melihat tindakan apa pun yang dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut," kata Singh lagi.


"Kami ingin melihat resolusi diplomatik dan solusi untuk mencegah perang habis-habisan," ujarnya.


Hal sama juga dikatakan Presiden AS Joe Biden saat berbicara dengan ABC. Ia tak memungkiri kemungkinan pecah perang habis-habisan, meski ditambahkannya peluang penyelesaian masih terbuka.


"Ada kemungkinan gencatan senjata di Lebanon," tegasnya namun menambahkan "saya tidak ingin melebih-lebihkan-nya".


Iran Bereaksi


Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan Rabu bahwa Timur Tengah tengah menghadapi "bencana skala penuh. Iran juga menegaskan bahwa Teheran akan mendukung Lebanon dengan "segala cara" jika Israel meningkatkan serangannya terhadap Hizbullah.


"Wilayah ini berada di ambang bencana skala penuh," tegasnya.


"Jika tidak dicegah, dunia akan menghadapi konsekuensi bencana," katanya di PBB, seraya menambahkan bahwa Iran akan "berdiri bersama rakyat Lebanon dengan segala cara".


AS-Uni Eropa-Saudi 'Teriak' 


Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Eropa serta Arab mengeluarkan seruan bersama pada hari Rabu untuk "gencatan senjata sementara" di Lebanon. Ini setelah serangan Israel terhadap Hizbullah mengancam akan menjerumuskan Timur Tengah ke dalam perang habis-habisan.


"Karena itu, kami telah bekerja sama dalam beberapa hari terakhir untuk menyerukan gencatan senjata sementara guna memberi kesempatan bagi diplomasi untuk berhasil dan menghindari eskalasi lebih lanjut di perbatasan," kata Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pernyataan bersama.


Pernyataan ini juga mendesak negosiasi sekarang juga. Dalam rilisnya, AS dan Eropa, terdiri dari Uni Eropa, Jerman, Prancis, Italia, juga didukung Australia, Kanada, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar.

×