Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

WHO Tetapkan Cacar Monyet sebagai Darurat Kesehatan Global

Agustus 16, 2024 Last Updated 2024-08-16T07:32:36Z


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menetapkan penyakit cacar monyet alias mpox di Afrika sebagai darurat kesehatan global. Penetapan ini menyusul dengan kenaikan kasus di benua tersebut, Rabu (14/8/2024) kemarin.


Melansir dari AP News, penetapan darurat kesehatan global yang diumumkan langsung oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus ini menandakan bahwa cacar monyet di Afrika dapat menyebar ke luar negara atau bahkan benua.


Menurut laporan WHO, sepanjang 2024 ini Afrika telah mencatatkan lebih dari 14 ribu kasus dan 524 kematian akibat penyakit cacar monyet alias melonjak dari 2023 lalu. Sejauh ini, 96 persen dari semua kasus dan kematian terjadi di Kongo.


Secara rinci, CDC Afrika melaporkan bahwa penyakit cacar monyet telah terdeteksi setidaknya di 13 negara Afrika. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, CDC Afrika mengatakan bahwa jumlah kasus pada 2024 meningkat sebesar 160 persen dan kematian sebesar 19 persen.


Pada awal 2024, para ilmuwan melaporkan kemunculan jenis baru penyakit cacar monyet di kota pertambangan Kongo yang diklaim dapat membunuh hingga 10 persen orang dan lebih mudah menyebar.


Berbeda dengan wabah sebelumnya, penyakit cacar monyet jenis baru ini ditandai dengan gejala dan lesi yang lebih ringan pada alat kelamin. Peneliti Kongo, Dr. Placide Mbala-Kingebeni mengungkapkan bahwa hal ini membuat virus jenis baru itu sulit dikenali dan bisa ditularkan oleh seseorang yang tidak menyadari infeksi.


WHO mengatakan, baru-baru ini penyakit cacar monyet diidentifikasi untuk pertama kalinya di empat negara Afrika Timur, yakni Burundi; Kenya; Rwanda; dan Uganda. Seluruh penyebaran wabah tersebut terkait dengan epidemi di Kongo. Tedros mengatakan, pihaknya khawatir terhadap potensi penyebaran penyakit yang lebih lanjut di Afrika dan sekitarnya.


Selain di Afrika Timur, badan kesehatan masyarakat Swedia juga menemukan identifikasi kasus pertama varian penyakit cacar monyet baru pada seseorang asal Afrika dan mencari perawatan kesehatan di Stockholm.


Para pejabat mengatakan, risiko terhadap masyarakat umum dianggap "sangat rendah" dan mereka memperkirakan kasus "impor" sporadis akan terus berlanjut.


Direktur Jenderal CDC Afrika, Dr. Jean Kaseya mengatakan bahwa deklarasi darurat kesehatan masyarakat oleh WHO bertujuan untuk "memobilisasi lembaga, keinginan kolektif, dan sumber daya kita untuk bertindak cepat dan tegas."


Lantas, apa yang membedakan wabah penyakit cacar monyet di Afrika pada tahun ini jika dibandingkan dengan epidemi 2022?


Selama wabah global penyakit cacar monyet pada 2022, mayoritas kasus dialami oleh laki-laki gay dan biseksual. Dilaporkan, virus zoonosis tersebut sebagian besar menyebar melalui kontak dekat, termasuk seks.


Meskipun beberapa pola serupa telah terlihat di Afrika, saat ini anak-anak di bawah usia 15 tahun turut menyumbang lebih dari 70 persen kasus penyakit cacar monyet dan 85 persen kematian di Kongo.


Direktur Save the Children's Congo, Greg Ramm mengatakan bahwa pihaknya khawatir atas penyebaran kasus penyakit cacar monyet di kamp-kamp pengungsi yang padat di bagian timur.


"Ada 345 ribu anak yang "dijejalkan" ke dalam tenda-tenda yang tidak bersih," kata Ramm, dikutip Jumat (16/8/2024).


"Sistem kesehatan negara tersebut sudah "runtuh" di bawah tekanan kekurangan gizi, campak, dan kolera," sambungnya.


Hingga kini, belum dapat dijelaskan secara pasti alasan mengapa jumlah kasus anak-anak yang terjankit mpox di Kongo "sangat tidak proporsional". Diperkirakan, hal itu berpotensi karena anak-anak lebih rentan terhadap virus atau faktor sosial, seperti kepadatan penduduk dan paparan orang tua yang tertular penyakit tersebut.

×