Sebuah kapal pesiar milik miliarder Inggris, Mike Lynch, tenggelam saat bersandar di dekat Palermo, Italia, pada Senin (19/8/2024) dini hari waktu Eropa.
Nelayan setempat, Fabio Cefalu, mengatakan, kapal pesiar mewah bernama Bayesian itu tenggelam dalam kurun waktu 16 menit.
Akibatnya, 7 dari 22 penumpang di dalam kapal pesiar tersebut tewas. Sementara sisanya berhasil masuk ke sekoci penyelamat saat kapal pesiar itu mulai terbalik.
Salah satu penumpang yang menjadi korban adalah Mike Lynch dan putrinya, Hannah, yang rencananya akan melanjutkan studi di University of Oxford bulan depan.
Korban lainnya adalah presiden bank investasi Morgan Stanley, Jonathan Bloomer, dan istrinya Judy, pengacara Tn Lynch, Chris Morvillo dan istrinya Neda, serta koki kapal pesiar, Recaldo Thomas.
Lantas, bagaimana kapal pesiar mewah Bayesian itu bisa tenggelam hanya dalam waktu 16 menit?
Kronologi kapal pesiar mewah Bayesian tenggelam
Fakta bagaimana kapal pesiar layar mewah Bayesian bisa tenggelam begitu cepat, sedangkan kapal-kapal lain yang lebih kecil di dekatnya selamat dari badai tanpa mengalami kerusakan, membuat para ahli heran.
Padahal, kapal pesiar mewah sepanjang 56 meter itu memenangi penghargaan desain dan memiliki tiang aluminium tertinggi di dunia sehingga tidak seharusnya mudah tenggelam.
Dilansir dari Businesss Insider, pembuat kapal pesiar mewah milik Mike Lynch, Giovanni Costantino, mengatakan, Bayesian adalah kapal pesiar yang dibuat pada 2008 dan didesain sangat stabil.
Ia menduga, kapal tersebut tenggelam karena kelalaian awak kapal.
Menurut black box atau kotak hitam yang telah ditemukan, terungkap bahwa kapal pesiar mewah Bayesian itu mulai bergoyang dengan kencang pada Senin (19/8/2024) pukul 03.50 waktu Eropa.
Dalam hitungan menit, jangkar kapal tersebut tiba-tiba terlepas. Seorang penyidik mengatakan, data black box menunjukkan tidak ada lagi jangkar yang tersisa untuk menahan kapal pesiar itu.
Hingga pukul 03.59, kapal tersebut terombang-ambil di lautan.
Dilansir dari Express, badai mengoyak jangkar Bayesian sehingga kapal pesiar itu terseret ke dalam air sejauh 358 meter.
Air mulai masuk ke kapal pada pukul 04.00 pagi. Hingga pada pukul 4.05 pagi, kapal superyacht tersebut benar-benar hilang di bawah air dengan 6 penumpang dan 1 kru yang masih berada di dalamnya.
Menurut laporan The Guardian, tujuh korban diduga tidak sempat melarikan diri saat insiden terjadi karena sedang tidur.
"Para korban sedang tertidur, sementara yang lainnya tidak," kata jaksa penuntut kasus ini, Raffaele Cammarano.
Sebuah sinyal marabahaya kemudian dipancarkan satu menit kemudian untuk memberi tahu stasiun Penjaga Pantai yang paling dekat dengan Ponticello.
Para saksi mata awalnya melaporkan, mereka melihat tiang kapal Bayesian setinggi 246 kaki dihantam badai tornado. Badai tornado itu kemudian diklarifikasi oleh pihak berwenang sebagai angin puting beliung.
Ironinya, kapal pesiar mewah itu dijadwalkan berlayar untuk merayakan kebebasan Mike Lynch setelah persidangan panjang di Amerika Serikat.
Lynch dituduh melakukan penipuan dengan meningkatkan nilai perusahaannya, Autonomy, sebelum menjualnya ke Hewlett Packard pada 2011.
Ia mengumpulkan keluarga, teman, dan koleganya untuk berlibur menggunakan kapal mewah miliknya.
Dugaan penyebab kapal Bayesian tenggelam
Jaksa penuntut negara bagian, Ambrogio Cartosio, mengatakan, ada banyak kemungkinan kelalaian kru dan petugas sehingga menyebabkan kapal pesiar mewah itu tenggelam.
"Bisa jadi hanya kaptennya. Bisa jadi semua kru. Kami sama sekali tidak mengesampingkan kemungkinan apa pun," kata dia, dilansir dari BBC.
Saat ini, tim kecil penyelidik kelautan Inggris telah dikirim ke Sisilia untuk bekerja dengan rekan-rekan mereka dari Italia.
Kendati demikian, jaksa kini meyakini bahwa faktor utama yang menyebabkan kapal Bayesian tenggelam adalah hujan badai yang menghantam kapal tersebut.
Hujan badai itu turun bersama dengan angin kencang yang terjadi secara tiba-tiba. Hal itu bertentangan dengan laporan sebelumnya yang mengidentifikasi penyebabnya sebagai puting beliung atau tornado mini di laut.
Namun, investigas kepada kapten kapal, James Cutfield (51) tetap dilakukan. Pria asal Selandia Baru itu selamat bersama dengan delapan awak kapal lainnya dan kini sedang diinterogasi.
Kepada media Italia, Cutfield mengaku tidak menduga peristiwa bencana itu bakal terjadi.
Sementara itu, kepala perusahaan yang membangun Bayesian, Giovanni Costantino, mengatakan bahwa ia yakin telah terjadi serangkaian kesalahan di kapal.
“Di bagian belakang kapal, sebuah palka pasti dibiarkan terbuka,” kata dia, masih dari sumber yang sama.
Ia juga menduga, air mulai masuk ke kapal lewat pintu samping.
“Sebelum badai, kapten seharusnya menutup semua lubang, mengangkat jangkar, menyalakan mesin, mengarahkan ke arah angin, dan menurunkan lunas kapal," ungkapnya.
Lunas kapal adalah bagian kapal yang besar seperti sirip yang menonjol dari dasarnya.
Costantino mengatakan, lunas kapal yang diturunkan akan membantu menstabilkan kapal sehingga dapat melintasi badai dan melanjutkan pelayaran dengan aman.
Namun faktanya, tim penyelamat justru menemukan reruntuhan Bayesian 50 meter di bawah air dengan lunas sepanjang hampir 10 meter yang terangkat.
"Seandainya lunas tersebut digunakan, itu bisa membantu melawan angin yang menghempas tiang aluminium Bayesian setinggi 75 meter dan menjaga kapal tetap stabil," kata Costantino.
Menurutnya, tanpa alat tersebut, hembusan angin berkecepatan 100 kilometer per jam (62 mph) sudah cukup untuk membalikkan kapal. Sementara badai pada hari Senin pagi itu jauh melebihi kecepatan tersebut.
Costantino juga memastikan, kapal pesiar Bayesian itu tidak akan tenggelam jika tidak ada air yang masuk ke kapal.
"Ada waktu 16 menit antara listrik padam di kapal pada pukul 03.56 yang menunjukkan bahwa air membanjiri area yang memiliki sirkuit listrik dan sinyal GPS hilang. Ini mengindikasikan waktu kapal tenggelam," tandasnya Costantino.