Serangan udara Israel yang menewaskan pekerja bantuan internasional di Gaza pada April lalu disimpulkan sebagai akibat dari kegagalan operasional serius, namun tidak disengaja.
Hal itu diungkap dalam tinjauan pemerintah Australia atas insiden tersebut, Jumat (2/8).
Pada 1 April, tiga serangan udara Israel menghantam konvoi kendaraan bantuan yang melintasi Gaza, menewaskan tujuh staf World Central Kitchen (WCK).
Korban tewas termasuk warga Palestina, Australia, Inggris, dan Polandia. Insiden ini menuai kecaman luas dari sekutu Israel dan tuduhan bahwa Israel sengaja menargetkan pekerja bantuan, klaim yang ditolak Israel.
Selain itu, informasi mengenai pergerakan konvoi WCK tidak sampai ke tim IDF yang melakukan serangan. Kebingungan ini diperburuk oleh ketidakmampuan pejabat Israel untuk berkomunikasi langsung dengan konvoi bantuan tersebut.
Staf IDF juga melanggar prosedur standar dengan memerintahkan serangan kedua dan ketiga tanpa melakukan proses identifikasi lebih lanjut.
Kepala Marsekal Udara, Mark Binskin, yang memimpin penyelidikan ke Israel, menyatakan bahwa kontrol IDF gagal, menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan dan identifikasi. Hal itu juga diperparah oleh bias konfirmasi.
"Berdasarkan informasi yang tersedia, penilaian saya adalah bahwa serangan IDF terhadap pekerja bantuan WCK tidak secara sadar atau sengaja menargetkan WCK," kata Binskin, seperti dikutip dari Reuters.
Investigasi Israel atas insiden tersebut dinilai "tepat waktu, tepat, dan dengan beberapa pengecualian, memadai."
IDF sebelumnya menyebut insiden tersebut sebagai kesalahan besar dan memecat dua komandan senior yang terlibat dalam serangan tersebut. Tiga komandan lainnya secara resmi ditegur.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong meminta pemerintah Israel untuk meminta maaf dan meminta pertanggungjawaban bagi mereka yang terlibat, termasuk tuntutan pidana jika perlu.
Wong juga mengirim surat kepada mitranya dari Israel untuk meminta perlindungan yang lebih besar bagi pekerja kemanusiaan.
"Ini bukan insiden yang berdiri sendiri," kata Wong.
"Kami telah melihat 250 pekerja bantuan tewas selama konflik ini dan juga kejadian baru-baru ini di mana kendaraan PBB ditembaki. Jelas masih banyak yang perlu dilakukan," tambahnya.