Apa yang terpikir ketika mendengar nama Museum Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah?
Pastinya kesan mistis yang melekat dalam ingatan karena gedung tersebut peninggalan Belanda.
Lawang Sewu atau dalam bahasa Indonesia sebagai pintu seribu resmi berdiri pada 27 Februari 1904 dan menjadi kantor pusat pertama kereta api di Indonesia.
Mochtar alias Amabon, sebagai pemandu wisata menjelaskan secara detail bahwa gedung tua itu bukan tempat penyiksaan para pekerja Indonesia saat penjajahan Belanda.
Ia pun menerangkan, alasan pembangunan kantor pusat kereta api di Semarang karena sebagai kota pertama adanya jalur kuda besi tersebut tahun 1864.
"Awal mula jalur kereta api dari Semarang menuju ke arah Jogja dan kenapa memilihnya Semarang karena Semarang di Jawa yang punya pelabuhan terbesar. Mohon maaf Jawa Timur cuma ada Pelabuhan Tanjung Perak, Jakarta punya Tanjung Priok dan Semarang Tanjung emas makanya dipilih Semarang," katanya, Jumat (9/8/2024).
Kemudian, kata Ambon, nama Lawang Sewu atau pintu seribu merupakan sebutan orang-orang jawa pada zaman dahulu.
Ambon mengatakan, karena saat itu orang-orang malas menghitung jumlah pintu dan biasanya jika melihat jumlah serupa banyak sering disebut sewu alias seribu.
Sehingga, warga mulai menamai kantor pusat kereta api Indonesia pertama di Semarang sebagai Lawang Sewu.
"Setelah dihitung pintunya cuman 928 tidak sampai seribu. Dulu ini gedung enggak ada AC, enggak ada kipas. Semarang itu panasnya minimal 32 derajat, pakai panas sekali. Tapi yang bikin adem, angin masuk ke gedung karena gedungnya 3 sirkulasi lancar dan pintunya terbuka banyak dan temboknya juga tebal," jelasnya.
Menurutnya, fungsi pintu sebagai pengganti AC dan sirkulasi yang sangat bagus agar udara masuk ke dalam.
Selain itu, Ambon mengaku konstruksi pintu dibuat lurus memanjang untuk mematahkan mitos orang jawa yang tak boleh membuat pintu sejajar.
Sebab, jika membuat pintu sejajar diakuinya akan mengalami rezeki yang seret.
"Kenapa Belanda buat itu? karena Eropa tidak percaya dengan mitos yang kedua, tidak ada telepon jadi contoh saya di ujung sana mas di sini saya mau manggil, 'woi' itu sistem komunikasi zaman dulu," terangnya.
Ruang bawah Tanah
Ruang bawah tanah Lawang Sewu banyak menjadi perdebatan masyarakat Indonesia khususnya warga Semarang, Jawa Tengah.
Ambon menyatakan, bahwa ruangan itu sengaja dibuat karena Semarang sering terjadi banjir.
Sehingga, ketika banjir melanda air laut yang pasang masuk ke area bawah tanah dan tidak menggenangi halaman Lawan Sewu.
"Salah satu tempat yang membuat akhirnya Lawang Sewu jadi tempat wisata gara-gara acara Dunia Lain pada 2004. Sebelum 2004 mohon maaf enggak ada orang ke Lawang Sewu, begitu dipakai oleh Hari Panca (uji nyali) untuk mistis orang zaman dulu bukan dari kategori sejarah," terangnya.
Ambon masih ingat, sebelum tahun 2004 banyak orang datang untuk mencoba mencari keberuntungan dari berjudi yakni meminta nomor togel
Setelah 2004, banyak orang datang untuk berwisata, namun sampai tahun 2010 gedung ini belum ada lampu penerangan.
"Dulu orang ke Semarang itu hanya sebatas transit contoh dari Jakarta ke Surabaya sampai Semarang istirahat itu dulu. Begitu ada Lawang Sewu, Semarang jadi tempat wisata, Lawang Sewu itu naik daun gara-gara ini basement lawang Sewu," tegasnya.
"Terakhir bawah tanah itu didesain sama Belanda fungsinya untuk menampung air ke Semarang. Dari dulu penyakitnya banjir air laut, sampai sekarang cuma sekarang nggak sampai kota hanya di area utaranya Semarang makanya dulu didesain atau dibuatkan basement untuk mengantisipasi saat banjir air laut airnya mengalir ke bawah dan air di bawah itu punya fungsi yaitu pelembab untuk mendinginkan gedung," tambahnya.
Ambon membantah kabar burung yang menyatakan ruang bawah tanah Lawan Sewu didesain untuk menyiksa orang.
Sebab, di ruang bawah tanah itu tidak ada penjara, tidak ada bukti autentik penyiksaan dan tak pernah ditemukan kerangka manusia.
"Jadi itu bagian bumbu istilahnya dalam masyarakat biar tambah penasaran ke sini makanya dulu dikasih kasih cerita seperti itu. Bentuknya bawah dari bawah sampai ke atas sampai itu bentuknya sama bentuknya kotak bolong di bawah juga kotak bolong terus tinggal tembok di bawah juga ada tembok jadi temboknya sampai ke lantai 2 jadi bagian bawah itu mengikuti," ungkapnya.
Bawah Tanah Lawang Sewu Tutup Permanen
Tahun 2016 menjadi yang terakhir untuk wisatawan lokal maupun mancanegara bisa melihat ruang bawah tanah Lawang Sewu.
Pihak pengelola terpksa menutup karena banyak pengunjung pada saat itu turun ke bawah pingsan.
Hal ini, kata Ambon, karena kurangnya sirkulasi udara dari atas dan tidak ada pertolongan pertama tabung oksigen.
"Jadi bukan karena hal mistis ditutup, tapi orang masuk pingsan karena sesak nafas di bawah itu didesain tidak untuk orang masuk dan kenapa orang dulu kebanyakan masuk karena penasaran itu lokasi dunia lain. Jadi bukan karena apanya tapi pengen melihat seperti apa sih dunia Lain," tuturnya.
Selain itu, Ambon juga membantah kabar ruang bawah tanah Lawang Sewu tembus ke basement SMA Negeri 3 Semarang.
Sebab, dari kecil sampai sebesar ini ia sudah berulang kali masuk tak menemukan pintu tembusan ke SMAN 3 Semarang.
"Belanda itu hebat dalam hal perawatan, mereka tahu Semarang penyakitnya apa, hampir sama seperti negaranya cuman bedanya Semarang tidak bisa dibuat jam akhirnya bangun-bangunan yang zaman Belanda itu semuanya dibuat basement jadi pada saat banjir oleh daerah itu tidak menggenang karena ada basement itu," imbuhnya.