Perusahaan keuangan Goldman Sachs mengungkapkan penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan generatif menyedot energi yang sangat besar dan berdampak pada kebutuhan listrik dan air yang tinggi di data center. Data center digunakan untuk pengembangan AI memerlukan banyak sumber daya untuk menjalankan dan mendinginkan server.
Goldman Sachs mengungkapkan satu kueri ChatGPT menggunakan hampir 10 kali lebih banyak energi dibandingkan pencarian Google biasa. Pembuatan gambar AI menggunakan daya setara dengan pengisian daya ponsel pintar. Pada 2019, diperkirakan bahwa melatih satu model bahasa besar menghasilkan emisi CO2 yang setara dengan lima mobil bertenaga gas.
Para pembangun data center besar, atau hyperscaler, juga mengalami peningkatan emisi. Laporan lingkungan terbaru Google menunjukkan emisi gas rumah kaca meningkat hampir 50 persen dari 2019 hingga 2023, sebagian besar disebabkan oleh konsumsi energi pusat data. Meskipun Google mengklaim pusat datanya 1,8 kali lebih efisien dalam penggunaan energi dibandingkan pusat data rata-rata, emisi Microsoft meningkat hampir 30 persen dari 2020 hingga 2024, juga karena pusat data.
Di Kansas City, pembangunan pusat data AI oleh Meta menyebabkan penundaan penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara karena kebutuhan listrik yang tinggi. Ada sekitar 8.000 pusat data di seluruh dunia, dengan konsentrasi tertinggi di Amerika Serikat (AS). Boston Consulting Group memperkirakan permintaan pusat data akan meningkat 15-20 persen setiap tahun hingga 2030, dan pada saat itu pusat data akan mencakup 16 persen dari total konsumsi daya AS.
Selain listrik, pusat data AI juga membutuhkan lebih banyak pasokan air untuk pendinginan. Penelitian dari Ren menunjukkan bahwa pada 2027, pusat data AI generatif akan membutuhkan 4,2 hingga 6,6 miliar meter kubik air untuk pendinginan, jumlah yang lebih besar dari total penarikan air tahunan setengah populasi Inggris. Tim peneliti Ren menemukan bahwa setiap 10-50 perintah ChatGPT dapat menghabiskan air setara dengan botol air standar 16 ons, sebagian besar digunakan untuk pendinginan evaporatif.
Emisi Karbon
Google melaporkan hasil emisi gas rumah kaca atau karbon meningkat sebesar 50 persen dalam lima tahun terakhir menyusul pusat data centernya menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Google telah melepaskan 14,3 juta metrik ton karbon dioksida pada tahun 2023, naik 13 persen dari tahun sebelumnya.
Google menjelaskan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi energi di pusat data dan emisi dari rantai pasokan. Dengan semakin banyaknya AI yang terintegrasi dalam produk mereka, mengurangi emisi menjadi lebih sulit karena permintaan energi yang tinggi seiring dengan peningkatan investasi dalam infrastruktur teknis.
"Hasil ini utamanya disebabkan oleh peningkatan konsumsi energi pusat data dan emisi rantai pasokan. Seiring dengan semakin terintegrasinya AI dengan produk kami, mengurangi emisi mungkin akan menjadi tantangan karena meningkatnya permintaan energi yang berkaitan dengan kenaikan investasi infrastruktur teknis kami," kata Google dalam laporannya, dilansir dari Engadget.
Tren peningkatan konsumsi energi ini juga terlihat pada perusahaan teknologi besar lainnya seperti Microsoft, Amazon, Meta, dan Apple, yang juga menggunakan banyak energi untuk melatih AI mereka. Pada 2023, peneliti dari perusahaan rintisan AI Hugging Face dan Universitas Carnegie Mellon menemukan bahwa menghasilkan satu gambar dengan AI membutuhkan energi setara dengan mengisi daya ponsel pintar.
Analis di Bernstein memperkirakan bahwa AI akan menggandakan laju pertumbuhan permintaan listrik di Amerika Serikat dan total konsumsi energi akan melebihi pasokan yang tersedia dalam dua tahun ke depan.
Google mengakui bahwa memprediksi dampak lingkungan di masa depan akibat AI adalah hal yang kompleks dan terus berkembang, dan tren historis mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan lintasan masa depan AI. Selain Google, Microsoft, yang juga berkomitmen untuk mencapai netral karbon pada akhir dekade ini, melaporkan bahwa emisi gas rumah kaca mereka meningkat hampir 30 persen sejak tahun 2020 karena pembangunan pusat data.