Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Keluhkan Kondisi Asrama Olimpiade Paris, Thomas Ceccon Peraih Medali Emas Renang Tidur di Taman

Agustus 05, 2024 Last Updated 2024-08-05T08:57:59Z


Atlet renang Italia, Thomas Ceccon mendapatkan sorotan pada Olimpiade Paris 2024. Namun, itu bukan karena dua medali yang diraih dari olimpiade pertamanya tersebut.


Thomas Ceccon disorot usai fotonya tidur siang beralaskan handuk di rumput sebuah taman saat Olimpiade Paris 2024 masih berlangsung, viral di media sosial.


Foto itu diunggah atlet dayung Arab Saudi, Husein Alireza, lewat akun Instagramnya. Husein menandai foto itu berlokasi di area Desa Olimpiade Paris, diberitakan The Daily Beast, Minggu (4/8/2024).


Foto itu diunggah Sabtu (3/8/2024). Pada hari yang sama, Thomas gagal meraih medali ketiga dengan alasan kemampuan tubuhnya mencapai batas maksimal usai tidak tidur nyenyak selama olimpiade berlangsung.


Federasi Renang Italia mengatakan foto tersebut hanya menunjukkan Thomas sedang tidur siang.


Padahal kenyataannya, banyak atlet yang memang mengeluhkan kondisi asrama mereka selama berada di Olimpiade Paris 2024.


Thomas Ceccon raih dua medali


Thomas yang baru berusia 23 tahun memenangkan medali emas dari nomor gaya punggung 100 m putra dan medali perunggu nomor estafet 4 x 100 m putra.


Dia mengaku telah mencapai batas kemampuannya saat tampil dalam semifinal nomor gaya punggung 200 m putra. Dia pun akhirnya gagal masuk final pada nomor itu.


Thomas menyatakan mentalnya hancur ketika memasuki kolam renang pada pertandingan itu. Sebab, dia lelah setelah berusaha mendapatkan kualitas tidur yang baik saat tinggal di Desa Olimpiade di pinggiran Paris.


"Saya menyerah di semifinal, sedikit lelah, sulit tidur baik di malam hari maupun di siang hari, antara kebisingan dan panas," ujar dia, dikutip dari Give Me Sport, Minggu.


Thomas menyebut dirinya bersemangat sehingga meraih medali emas. Namun, semangat itu hilang pada pertandingan selanjutnya. Dia menyadari kesalahan itu sebagai pelajaran dan kecewa. Namun, dia merasa lelah.


Dia mengungkapkan, sejumlah atlet terpaksa mencari akomodasi alternatif karena sulit tidur dalam kamar yang sangat panas tanpa AC dan makanan yang tidak memadai.


"Tidak ada AC, kami tidak makan dengan baik, dan ada masalah dengan makanan. Banyak atlet pindah karena alasan ini. Itu bukan alibi, itu adalah kisah nyata tentang apa yang mungkin tidak diketahui semua orang," katanya.


Di sisi lain, penampilan Thomas pada nomor gaya punggung 100 m putra tak hanya membuatnya meraih medali emas. Dia juga mencatatkan rekor dunia.


Kondisi Desa Olimpiade Paris


Untuk Olimpiade 2024, pemerintah Perancis membangun desa di pinggiran Paris senilai total 1,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 25,6 triliun.


Area tersebut menjadi lokasi berdirinya 2.807 apartemen tempat tinggal lebih dari 10.000 atlet.


Meskipun menawarkan fasilitas mengesankan, standar akomodasi tersebut dinilai jauh dari harapan. Penyelenggara tidak memberi AC dalam kamar tidur dan memasang kasur dari kardus yang tidak nyaman.


Atlet tenis AS, Coco Gauff mengungkapkan rekan satu timnya meninggalkan desa karena merasa tempat itu terlalu sempit, dilansir dari The Sun, Minggu.


Tim renang Korea Selatan juga meninggalkan desa sebelum bertanding. Banyak atlet memilih tinggal di hotel daripada asrama.


Atlet polo air Australia, Matilda Kearns bahkan menyatakan butuh dipijat untuk menghilangkan rasa sakit akibat tidur di kasur yang sudah disediakan.


Kualitas dan kuantitas makanan juga dikeluhkan. Pemilik usaha katering diminta menambah pesanan protein hewani seperti telur dan ayam. Asosiasi Olimpiade Inggris bahkan harus memanggil koki pribadi.


"Tidak ada cukup makanan tertentu, telur, ayam, karbohidrat tertentu, dan kemudian ada masalah kualitas makanan, dengan daging mentah yang disajikan kepada para atlet," ujar Kepala Asosiasi Olimpiade Inggris, Andy Anson.


Perenang Australia, Ariarne Titmus sampai menyalahkan kondisi desa tersebut sehingga dia kehilangan medali emas.

×