Sabrina Sarmoria, 25, dari Leeds, Inggris, mengaku kapok liburan ke Bali karena mengalami beberapa hal yang membuatnya tidak nyaman. Pecandu traveling yang memiliki 176 ribu pengikut di TikTok ini mengaku liburan ke Bali awal Maret 2024 dan memilih pulang lebih awal dari rencana semula.
Dilansir dari Mirror.co.uk 10 Juli 2024, turis Inggris itu mengatakan bahwa dari 40 destinasi yang pernah dia kunjungi di dunia, Bali merupakan salah satu yang memberinya pengalaman buruk.
Ditipu Sopir Taksi
Sejak mendarat, Sabrina mengaku mengalami penipuan demi penipuan. Pertama, saat dia dan pasangannya hendak memesan taksi online, seorang pria mendekati di bandara, menawarkan transportasi langsung ke hotel tetapi dengan tarif lebih dari tiga kali lipat dari tarif normal.
"Saya menolak, sambil menunjukkan ke dia harga sebenarnya di ponsel saya, dan kami akhirnya menyepakati tarif yang sedikit lebih tinggi demi kenyamanan," kata dia.
Sabrina mengatakan bahwa selama perjalanan, sopir tersebut pura-pura selalu salah mendengar nama dan alamat hotel yang disebutkan. Lalu, sopir mengaku salah arah dan terpaksa putar balik, dengan tambahan biaya.
"Saya melacak rute kami di Google Maps dan tahu dia berbohong, karena rambu-rambu jalan menegaskan bahwa kami berada di jalur yang benar," kata dia.
Setelah berdebat, akhirnya mereka sampai di hotel. Biaya taksi menjadi dua kali lipat dari yang sudah disepakati.
Kebisingan di Canggu
Setelah mengalami penipuan, dia menemukan pengalaman lain yang membuatnya tidak nyaman selama liburan, kebisingan proyek pembangunan. Dia menginap di Canggu, salah satu wilayah Bali yang sedang berkembang. Menurut dia, selama di sana tidurnya terganggu.
Dia juga tidak suka banyak sepeda motor yang mengeluarkan asap hitam. Tapi akhirnya dia mencoba menikmatinya dengan berjalan kaki ke pantai, mencoba bersantai di pasir dan bermain air laut.
Sampah Menumpuk
Dia juga mengaku kecewa terhadap pantainya. Di sana, dia menemukan tumpukan sampah termasuk puing-puing dari konstruksi dan botol plastik yang mengganggu peselancar.
“Ini semua terjadi dalam 48 jam pertama, dan masalah terus berlanjut, dari lebih banyak penipuan hingga rambut saya menjadi pirang (karena rusak) karena kolam renang bahan kimia!"
Bali Belly
Itu belum selesai. Hal yang paling membuatnya tidak nyaman selama perjalanannya di Bali adalah terkena Bali belly. Ini semacam penyakit diare yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
“Saat pertama kali saya mengalami gejala Bali belly, saya merasa mual. Saya pikir mungkin saya kurang minum, tapi saya benar-benar tidak bisa makan lagi tanpa merasa ingin muntah. Kemudian rasa kembung yang luar biasa mulai terjadi dan sakit perut, " dia berkata.
Dia berupaya untuk mengatasi gejalanya dengan obat yang dijual bebas, tapi kondisinya semakin memburuk. Perutnya membesar dan menyakitkan.
Sekembalinya ke Inggris, Sabrina meminta bantuan dari National Health Service atau NHS namun ternyata prosesnya tidak mudah. Setelah menjalani serangkaian tes, dia belum mendapatkan hasilnya.
Sabrina akhirnya mencari perawatan medis di Yunani dalam perjalanan yang telah direncanakan sebelumnya. “Saya masuk ke ruang praktik dokter, membayar €60, dan langsung diperiksa. Dokter mengatakan itu terdengar seperti parasit dan memberi saya antibiotik,” ujar dia.
Setelah itu dia merasa agak membaik, tapi gejalannya belum hilang sepenuhnya. Kini dia terus mengonsumsi probiotik dan sangat berhati-hati dengan pola makan. Pasangannya, yang mengalami gejala parah sampai muncul absesnya pecah sehingga memerlukan rawat inap.
Dari pengalamannya di Bali, Sabrina menyarankan sesama pelancong untuk tetap aman dan sehat. Di tempat baru, bisa saja perut yang tidak terbiasa dengan bumbu, bakteri, cara memasak, dan sebagainya, mengalami masalah. "Saya melakukan semua yang diperintahkan, hanya minum air kemasan, tidak memasukkan es ke dalam minuman saya, memilih tempat dengan ulasan yang lebih baik, dan makan di hotel bintang 4 atau 5 tempat saya menginap," kata dia.