Sedikitnya 16 orang tewas dalam serangan udara oleh Israel terhadap sebuah sekolah di Jalur Gaza, sementara puluhan lainnya terluka.
Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, bangunan itu menampung ribuan pengungsi di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya menyerang beberapa "teroris yang beroperasi di bangunan yang terletak di area Sekolah Al-Jaouni".
Sementara itu, seperti dilansir BBC, Minggu (7/7/2024), terdapat laporan bahwa 10 orang tewas dalam serangan udara terpisah terhadap sebuah rumah di kamp tersebut.
Video dari lokasi pemogokan sekolah Nuseirat menunjukkan sekelompok orang dewasa dan anak-anak berteriak di jalan yang dipenuhi asap dan tertutup debu dan puing-puing, sambil berlari untuk membantu korban luka.
Saksi mata mengatakan kepada BBC bahwa serangan itu menargetkan lantai atas sekolah, yang terletak di dekat pasar yang ramai. Sementara sekitar tujuh ribu orang yang menggunakan bangunan tersebut sebagai tempat berlindung.
Seorang wanita mengatakan kepada kantor berita AFP bagaimana beberapa anak terbunuh ketika mereka sedang membaca Al-Quran ketika gedung itu diserang.
"Ini keempat kalinya mereka menargetkan sekolah tanpa peringatan," katanya.
Salah satu sumber menyebut bahwa serangan tersebut menyasar sebuah ruangan yang diduga digunakan polisi Hamas. Namun, hal ini belum terkonfirmasi.
Kritik Terhadap Netanyahu
Sebelumnya, Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober lalu dan menewaskan 1.200 orang di Israel serta membawa 240 orang sandera ke Jalur Gaza. (AP Photo/Victor R. Caivano)
Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu mendapat kritikan keras di tengah serangan yang digencarkannya terhadap Hamas.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF)Letkol Peter Lerner mengatakan bahwa ketika berbicara dengan media dunia atas nama militer, dia menyadari hilangnya kepercayaan internasional terhadap Israel dan kegagalan pemerintah untuk mempertahankan dukungan luas terhadap perang melawan Hamas dari waktu ke waktu. Lerner bertugas di IDF selama lebih dari 25 tahun – terakhir sebagai juru bicara selama perang, sebelum akhirnya dia mengundurkan diri bulan lalu.
"Netanyahu menjanjikan kemenangan penuh atas Hamas," kata dia dalam wawancaranya dengan surat kabar Israel, Haaretz.
Penderitaan Warga Gaza Tak Terhindarkan
Warga Palestina melarikan diri ke Gaza utara saat tank-tank Israel memblokir jalan Salah al-Din di Jalur Gaza Tengah pada Jumat, 24 November 2023, saat gencatan senjata empat hari dalam perang Israel-Hamas dimulai sebagai bagian dari kesepakatan yang ditengahi oleh Qatar. (AP Photo/Mohammed Dahman)
Lerner menuturkan pula kepada Haaretz bahwa pada hari-hari awal konflik, setelah serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023, "Ada pemahaman yang jelas bahwa Hamas adalah organisasi yang jahat dan berbahaya dan bahwa Israel harus mengambil tindakan melawannya."
Niat baik tersebut dengan cepat terkikis, kata Lerner, sebagian karena penderitaan warga sipil Palestina yang tak terhindarkan ketika IDF memulai invasi darat ke Jalur Gaza. Namun, dia turut menyalahkan pemerintah, dengan mengatakan, "Tidak ada strategi politik untuk perang ini, bahkan setelah sembilan bulan kita berperang di dua front."
Ketika dia semakin banyak ditanya tentang tujuan operasi militer Israel di Jalur Gaza, Lerner mengatakan, "Saya segera menyadari bahwa saya tidak mempunyai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, bukan karena pertanyaan-pertanyaan tersebut belum diputuskan, tetapi karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan diputuskan."
Lerner mengaku dia merasa seperti seorang tentara yang bertugas jaga tanpa peluru