Tren ancaman siber semakin masif terjadi di masa kini, kasus terbaru salah satunya peretasan Pusat Data Nasional Sementara atau PDNS oleh geng ransomware Brain Cipher. Dampak dari serangan itu menyebabkan 239 instansi pusat dan daerah terganggu pelayanannya, akibat data tidak bisa dibuka atau terenkripsi.
Serangan siber bukan hanya dirasakan oleh Indonesia, Microsoft menyebut ada lebih dari 300 kelompok pelaku ancaman yang terdeteksi menyerang pengguna teknologi di skala global. 300 kelompok yang berhasil dideteksi itu, 50 di antaranya melakukan serangan jenis ransomware untuk memeras korban yang ditargetnya, mirip dengan insiden siber baru-baru ini di PDNS Indonesia.
Kelompok yang berhasil dideteksi oleh Microsoft tergolong masif melakukan serangan. Perusahaan multinasional berbasis di Amerika Serikat itu mencatat sedikitnya ada 4.000 ancaman autentikasi identitas yang diblokir selama setahun terakhir. Data ini terungkap dari Laporan Pertahanan DIgital Microsoft 2023.
Microsoft juga mengakui telah menghapus 100 ribu lebih domain yang digunakan oleh peretas di dunia maya, termasuk lebih dari 600 domain yang digunakan peretas kelas kakap yang mengancam negara-negara di skala global. Cara Microsoft mendeteksi dan memblokir ancaman siber itu, dilakukannya dengan menggandeng lebih dari 10 ribu pakar keamanan dan intelijen yang dimilikinya.
Corporate Vice President, Customer Security and Trust at Microsoft, Tom Burt, mengatakan bahwa artificial intelligence atau AI berperan besar dalam menanggulangi ancaman siber di Microsoft. Menurut dia, AI menjadi inovasi pertahanan masa kini dalam mempertahankan komponen penting perusahaan.
"Kecerdasan buatan akan menjadi komponen penting bagi keberhasilan pertahanan. Dalam beberapa tahun mendatang, inovasi pertahanan siber yang didukung AI akan membantu membalikkan gelombang serangan siber yang sedang meningkat saat ini," kata Tom dikutip dari situs resmi Microsoft, Rabu, 3 Juli 2024.
Tom membeberkan, AI untuk pertahanan siber bekerja dengan mendeteksi 65 triliun sinyal per hari, serta lebih dari 750 miliar sinyal per detik. "Analisis data yang canggih dan algoritma AI untuk memahami dan melindungi terhadap ancaman digital serta aktivitas siber kriminal."
Jika pengguna belum mempunyai alat yang canggih untuk mengatasi ancaman siber, Microsoft memberikan rekomendasi tips untuk keamanan dasar yang diklaim 99 persen ampuh menangkal serangan. Caranya dengan mengaktifkan autentikasi multifaktor dan menerapkan prinsip Zero Trust alias tidak ada yang aman di perangkat teknologi.
Pengguna teknologi juga diminta untuk selalu memperbarui data dan melindunginya dari file atau aplikasi yang tidak aman. Langkah seperti ini bisa mengurangi upaya peretas untuk menyusupkan malware ke perangkat. Microsoft juga menyampaikan kalau sebagian serangan siber yang berhasil digagalkan berkat penerapan praktik keamanan mendasar serupa ini.