Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kebijakan Pemerintah Bikin Makin Banyak Gen Z Jadi Pengangguran

Juli 05, 2024 Last Updated 2024-07-05T03:12:36Z

Tingkat pengangguran kelompok muda perlu disikapi dengan serius. Kondisi seperti ini tidak bisa diabaikan karena generasi Z merupakan masa depan Indonesia. Namun, pemerintah negara semakin memperketat kesempatan Gen Z untuk mendapatkan pekerjaan.


Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan jumlah pengangguran generasi muda (Gen Z/15-24 tahun) di Indonesia meningkat nyaris 10 juta penduduk. Status ini dikategorikan sebagai not in employment, education, and training (NEET).


Angka yang besar ini tak hanya menunjukkan masalah serius dalam masa transisi generasi muda ke dunia pekerjaan, tetapi juga berpotensi sebagai penghambat pemanfaatan bonus demografi dan target pencapaian visi Indonesia Emas di tahun 2045.


Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo menyampaikan bahwa target Indonesia Emas 2045 ini masih bisa tercapai. Namun, perlu ditekankan kepada pemerintah untuk mendorong penyiapan tenaga kerja di sektor informal, bukan hanya mendorong penyerapan dari segi sektor formal saja.


Tingginya angka Gen Z yang tidak kuliah dan bekerja membuktikan bahwa Indonesia belum siap dalam memanfaatkan bonus demografi. Dampak yang ditimbulkan dari ketidaksiapan ini bisa berpotensi kepada pertumbuhan ekonomi dan masalah sosial, seperti kemiskinan meningkat dan ketimpangan sosial.


Dari banyaknya jumlah pengangguran pada usia muda di Indonesia, Menteri Ketenagakerjaan (Menekar), Ida Fauziyah menjelaskan bahwa banyak pengangguran tersebut tercatat baru lulus SMA sederajat dan perguruan tinggi.


Masalah pengangguran ini bukanlah hal yang sederhana, karena bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Dari analisa Ida selaku Menekar, faktor utama Gen Z banyak pengangguran karena kurang singkron antara pendidikan dengan permintaan tenaga kerja.


Survei dari BPS menunjukkan bahwa banyak Gen Z yang menganggur bukan karena mereka malas atau tidak ingin bekerja, tetapi terdapat kendala sosial ekonomi dan tingkat pendidikan.


Permasalahan sosial ekonomi dan tingkat pendidikan ini bukanlah hal yang asing di Indonesia. Dapat dikaitkan dengan isu Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim menyatakan bahwa biaya atau UKT di perguruan tinggi akan dinaikkan. Kebijakan seperti ini yang menjadi penghalang Gen Z untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.


Akhir-akhir ini makin sering terdengar kata “ketidakpastian”,hal ini berdampak besar juga kepada Gen Z yang ingin menata keuangan dan melanjutkan ke dunia kerja.


Data dari BPS juga membuktikan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia 4,82 persen pada Februari 2024, dapat diartikan bahwa jumlah penganggur ada paling sedikit 7,2 juta.


Dari 142,18 juta penduduk yang bekerja di Indonesia, perlu diingat lagi bahwa tidak semua merupakan pekerja formal. Sebanyak 59,17 persen dari seluruh penduduk yang bekerja merupakan lingkup informal, yaitu memiliki usaha sendiri dan pekerja bebas di sektor pertanian dan nonpertanian.


Agar lapangan kerja bagi Gen Z bisa lebih luas lagi, perlu untuk tidak memperketat kesempatan mereka dalam mencari pekerjaan. Bagi lulusan SMA juga harus diberi kesempatan yang mudah untuk masuk ke perguruan tinggi demi mendapatkan pekerjaan yang layak.


Gen Z akan tetap menjadi penerus bangsa dan tidak menyulitkan mereka dalam meraih mimpi. Penting menyiapkan SDM muda dan membangun sektor ekonomi kreatif baru untuk memberi potensi Gen Z yang dimiliki.

×