Sejumlah kebiasaan makan dan gaya hidup dapat memengaruhi kadar gula darah dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Kenaikan kadar gula darah yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan.
Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi dapat menyebabkan sel-sel tubuh kebal terhadap insulin, hormon yang membantu mengatur gula darah.
Ini disebut resistensi insulin dan dapat menjadi langkah awal menuju diabetes tipe 2.
Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak saraf, terutama pada kaki dan tangan.
Ini dapat menyebabkan rasa mati rasa, kesemutan, atau nyeri pada ekstremitas.
Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah di mata, menyebabkan gangguan penglihatan atau bahkan kebutaan pada kasus yang parah.
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di ginjal, menyebabkan gangguan fungsi ginjal atau bahkan gagal ginjal.
Mengadopsi dari beberapa sumber, inilah sejumlah kebiasaan yang memicu lonjakan kadar gula darah:
1. Terlalu banyak makan nasi
Nasi putih dan nasi olahan lainnya memiliki indeks glikemik yang tinggi.
Indeks glikemik adalah ukuran seberapa cepat suatu makanan meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi.
Nasi olahan dapat dengan cepat diubah menjadi glukosa dalam darah, menyebabkan lonjakan gula darah yang signifikan.
Nasi olahan cenderung memiliki sedikit serat.
Serat membantu memperlambat penyerapan gula, sehingga rendahnya serat dalam nasi olahan dapat menyebabkan gula darah meningkat dengan cepat setelah konsumsi.
Proses pemurnian nasi putih dapat menghilangkan lapisan luarnya yang mengandung sejumlah nutrien penting, seperti serat, vitamin, dan mineral.
Kehilangan nutrien ini dapat mempengaruhi bagaimana tubuh mengelola karbohidrat.
2. Sering makan olahan daging
Kebiasaan sering makan olahan daging, terutama yang tinggi lemak dan proses pengolahan tambahan, dapat memiliki beberapa dampak yang berkontribusi pada lonjakan kadar gula darah.
Daging olahan, seperti sosis, daging bacon, atau daging yang diproses, seringkali tinggi lemak jenuh dan trans.
Konsumsi lemak jenuh dan trans yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi insulin, yang dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Beberapa produk daging olahan dapat mengandung tambahan gula untuk meningkatkan rasa atau digunakan dalam proses pengolahan.
Tambahan gula ini dapat memengaruhi kadar gula darah.
Daging olahan umumnya tidak mengandung serat, yang dapat membantu mengontrol penyerapan glukosa dan menjaga stabilitas gula darah.
Serat membantu memperlambat pencernaan dan penyerapan glukosa, sehingga konsumsi daging olahan tanpa disertai serat dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang lebih cepat.
Baca juga: Jangan Anggap Sepele, Dampak Keluarnya Cairan Bening di Vagina Bisa Mengganggu Proses Pembuahan
Konsumsi daging olahan yang tinggi lemak dan lemak trans dapat berkontribusi pada resistensi insulin, di mana sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin.
Ini dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
3. Melewatkan sarapan
Melewatkan sarapan dapat berkontribusi pada lonjakan kadar gula darah karena beberapa alasan.
Pada pagi hari, tubuh cenderung mengalami apa yang disebut "fenomena dawn" atau "bangun pagi."
Pada saat ini, tubuh melepaskan hormon seperti kortisol dan adrenalin, yang dapat meningkatkan produksi glukosa oleh hati.
Jika seseorang melewatkan sarapan, peningkatan alami ini dalam produksi glukosa dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah.
Melewatkan sarapan berarti tubuh tidak menerima asupan energi yang cukup setelah berpuasa selama malam.
Ini dapat membuat tubuh mengandalkan cadangan glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
Melewatkan sarapan secara teratur dapat menyebabkan penurunan sensitivitas insulin.
Sensitivitas insulin yang rendah berarti tubuh menjadi kurang efisien dalam mengatur kadar gula darah, yang dapat menyebabkan lonjakan setelah makan.
4. Makan larut malam
Makan larut malam dapat memicu lonjakan kadar gula darah karena beberapa alasan.
Pada malam hari, tubuh cenderung berada dalam mode istirahat dan persiapan tidur.
Proses pencernaan mungkin lebih lambat dan metabolisme tubuh cenderung lebih lambat dibandingkan dengan siang hari.
Oleh karena itu, konsumsi makanan larut malam dapat mengganggu ritme alami tubuh dan meningkatkan kemungkinan lonjakan kadar gula darah.
Makanan larut malam seringkali terdiri dari camilan yang tinggi gula, karbohidrat sederhana, atau lemak jenuh.
Konsumsi makanan dengan kandungan gula dan karbohidrat yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
Setelah makan larut malam, seseorang mungkin tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup untuk membantu mengatur kadar gula darah.
Aktivitas fisik membantu tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber energi dan dapat membantu mencegah lonjakan gula darah setelah makan.
5. Kurang makan serat
Kurangnya konsumsi serat dalam diet dapat memicu lonjakan kadar gula darah karena serat berperan penting dalam mengatur penyerapan glukosa dan menjaga stabilitas gula darah.
Serat membantu memperlambat penyerapan glukosa dalam sistem pencernaan.
Ketika makanan mengandung serat, proses pencernaan menjadi lebih lambat, sehingga glukosa diserap lebih perlahan.
Hal ini membantu mencegah lonjakan tajam pada kadar gula darah setelah makan.
Serat membantu meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang baik memungkinkan sel-sel tubuh merespons dengan lebih efektif terhadap insulin, hormon yang mengatur penyerapan glukosa.
Dengan demikian, konsumsi serat yang cukup dapat membantu menjaga kadar gula darah dalam kisaran yang normal.
Makan makanan tinggi serat dapat membantu memberikan rasa kenyang lebih lama.
Ini dapat membantu mengontrol nafsu makan dan mencegah konsumsi makanan berlebih, yang dapat memengaruhi kadar gula darah.
Serat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia dapat difermentasi oleh bakteri usus, menghasilkan senyawa-senyawa yang mendukung kesehatan usus.
Kesehatan usus yang baik juga dapat berperan dalam regulasi kadar gula darah.