Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Houthi Beberkan Senjata Baru Canggihnya yang Bikin Keder Barat, dari Drone Laut hingga Rudal Balistik Hipersonik

Juli 08, 2024 Last Updated 2024-07-08T00:39:35Z

 

Kelompok bersenjata Houthi di Yaman mengumumkan bahwa mereka telah menggunakan tiga jenis senjata baru yang sangat canggih dan mematikan selama serangan mereka di Laut Merah dan sekitarnya. Mereka menyatakan bahwa pencapaian dengan senjata ini telah terbukti efektif di lapangan dalam menghadapi teknologi militer mutakhir Barat.


Almasirah menyatakan bahwa senjata canggih itu adalah rudal "Palestina", drone laut Tufan 1, dan rudal balistik hipersonik Hatem-2. Media Houthi itu mengurai kecanggihan ketiganya pada Sabtu, 6 Juli 2024.


Senjata-senjata ini memulai aksinya dalam pertempuran untuk mendukung warga Palestina di Gaza dalam menghadapi invasi Israel. “Houthi bertekad untuk mengembangkan persenjataan militernya sesuai dengan kebutuhan pertempuran melawan 'tiga kejahatan' global, yaitu Amerika Serikat, Inggris, dan Israel, yang bertujuan untuk mengatasi dan mengalahkan sistem Barat yang tersebar di wilayah Arab,” tulis Almasirah.


Seberapa canggih senjata yang telah menenggelamkan kapal kargo dan diklaim Houthi telah merusak kapal induk Amerika Serikat USS Dwight D. Eisenhower hingga ditarik dari Laut Merah? Berikut ini rincian kekuatan senjata itu.


1. Rudal Palestina


Pada tanggal 5 Juli 2024, Hothi memamerkan rekaman peluncuran rudal balistik “Palestina” buatannya. Ini terjadi dua hari setelah Houthi mengumumkan bahwa rudalnya telah menghantam basis militer Israel di wilayah Umm al-Rashrash, yang yang disebut juga Eilat, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pesisir Teluk Aqaba di Laut Merah.


Serangan Houthi kali ini dan berbagai serangan sebelumnya telah membuat pelabuhan Eilat nyaris bangkrut karena tak ada lagi aktivitas perdagangan dan pelayaran. Pelabuhan ini penting bagi Israel karena memungkinkan kapal-kapal Negeri Yahudi mencapai Laut Merah dan terus ke Samudera Hindia tanpa perlu melewati Terusan Suez. “Pelabuhan itu sudah delapan bulan tidak beroperasi karena ada serangan, sehingga tidak ada pemasukan,” kata CEO Pelabuhan Eilat, Gideon Golber, kepada Al Mayadeen.


Rudal “Palestina” adalah peluru kendali berbahan bakar padat dengan hulu ledak yang dicat seperti keffiyeh atau syal kotak-kotak khas Palestina. Rudal berbahan bakar padat dapat dipasang dan ditembakkan lebih cepat dibandingkan rudal berbahan bakar cair.


Associated Press mencatat bahwa rudal Palestina ini mirip dengan rudal Fattah yang dikembangkan oleh Garda Revolusi Iran yang mampu meluncur 15 kali kecepatan suara dan menjangkau hingga 1.400 kilometer. Kantor berita Amerika Serikat itu meragukan rudal Palestina diproduksi sendiri oleh Houthi, mengingat kelompok itu belum pernah diketahui mampu membuat rudal dan sistem kendalinya yang canggih di dalam negeri Yaman.


Sayid Abdulmalik Badruldin Al-Houthi alias Abu Jibril, pemimpin Houthi, menyatakan bahwa rudal “Palestina” itu dirancang khusus untuk memenuhi persyaratan eskalasi, baik dalam jangkauan maupun teknologi, untuk mengatasi lapisan pertahanan musuh, yang melibatkan negara-negara Arab bersama pasukan Amerika dan Eropa di sepanjang jarak antara Yaman dan Palestina.


2. Drone Laut Tufan 1


Drone laut Tufan 1, yang kadang ditulis Toofan 1, adalah kapal tak berawak yang membawa hulu ledak seberat 150 kilogram, yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada sasaran. Dalam video yang disiarkan Houthi, drone ini berbentuk seperti kapal bermotor berpenumpang satu orang.


Houthi mengklaim bahwa drone ini mereka buat sendiri dan dapat ngebut dengan kecepatan hingga sekitar 65 kilometer per jam. Ukurannya yang kecil membuatnya mampu melakukan banyak manuver.


Houthi dilaporkan sering memakai drone laut untuk menyerang kapal kargo dan tanker yang melintasi Laut Merah dan sekitarnya. Pada 30 Juni 2024, badan keamanan maritim Inggris atau UKMTO melaporkan 12 kapal cepat dan perahu kecil kayak tak berawak telah mengepung kapal kargo curah Summer Lady di Laut Merah meskipun tidak sampai terjadi insiden. Tidak jelas apakah perahu kecil yang dimaksud itu adalah Tufan 1.


Dalam beberapa kasus, kapal yang diserang drone Houthi bisa sampai tenggelam. Komando Pusat Amerika Serikat (US Centcom) melaporkan telah menghancurkan tiga kapal tak berawak (USV) milik Houthi di Laut Merah pada hari yang sama.


3. Rudal Balistik Hipersonik Hatem-2


Pada akhir Juni 2024, Houthi menggunakan rudal balistik hipersonik untuk menembak kapal kontainer MSC Sarah V di perairan Yaman. Kapal kontainer berbendera Liberia itu dioperasikan oleh MSC Mediterranean Shipping, perusahaan pengapalan Swiss. Kapal itu ditembak dari jarak 1.400 kilometer.


Menurut Almasirah, rudal canggih berbahan bakar padat itu memiliki beberapa generasi dengan daya jangkau berbeda dan diproduksi oleh Otoritas Manufaktur Militer Yaman, yang dikuasai Houthi. Mereka juga menyebut bahwa versi pertama rudal ini, Hatem-1, telah dipamerkan dalam parade militer akbar memperingati sepuluh tahun Revolusi Yaman pada 21 September 2014.


Boaz Shapira, peneliti Alma Research and Education Center, lembaga penelitian Israel, menilai bahwa Hatem-2 adalah varian dari Kheibar Shekan, rudal balistik jarak menengah Iran yang pernah dipamerkan di Teheran pada 2022. Kheibar Shekan, yang panjangnya 11,4 meter, mampu meluncur sejauh 1.400 kilometer dan melakukan manuver.


“Serupa dengan kasus rudal 'Palestina' dan sistem senjata lainnya, Houthi mencoba untuk menggambarkan diri mereka seolah-olah mereka memproduksi sistem senjata baru dan canggih secara mandiri, padahal kenyataannya mereka menggunakan persenjataan Iran yang terkenal,” tulis Shapira.


Iran berkali-kali telah membantah tuduhan bahwa negeri itu telah memberikan bantuan finansial dan senjata ke kelompok Houthi di Yaman. Pada pertengahan Juni 2024, kantor berita Iran IRNA mengutip keterangan Misi Tetap Iran untuk PBB di New York yang membantah tuduhan bahwa Iran telah membantu Houthi dalam operasi anti-Israel di laut lepas.

×