Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kisah Surat Rasulullah SAW Menjamin Keberadaan Kristen Armenia

Juni 23, 2024 Last Updated 2024-06-23T11:29:19Z


Lebih dari satu milenium lalu, komunitas Kristen Armenia terjaga kehadirannya di Yerusalem. Berbagai penguasa Yerusalem berganti, mereka masih tetap lestari hingga saat ini. Siapa nyana, ada peran penting Rasulullah Muhammad SAW menjamin rentang panjang kehadiran mereka.


Pada 2018 lalu, sejarawan keturunan Armenia, Dr Garbis Harboyan dari Kanada, menuliskan secara detail soal keberadaan dokumen di di harian Aztag di Beirut, Lebanon. Ia menulis soal sebuah salinan naskah kuno yang tersimpan di Institut Manuskrip Kuno Mesrop Mashtots, di Yerevan, ibu kota Armenia. Matenadaran, sebutan arsip itu menghimpun koleksi manuskrip yang disimpan oleh Gereja Armenia di Etchmiadzin.


Di dalam arsipnya terdapat salinan perjanjian-perjanjian yang dianggap berasal dari Nabi Muhammad dan Ali bin Abi Thalib. Dokumen-dokumen ini diterjemahkan dari bahasa Arab aslinya ke dalam bahasa Turki, Farsi, dan Armenia. Hal ini menunjukkan bahwa dokumen-dokumen tersebut dianggap absah oleh seluruh pemerintahan Muslim yang pernah menaungi komunitas Kristen Armenia. 


Harboyan menuturkan, Patriarkat Armenia didirikan di Yerusalem hampir 2.000 tahun yang lalu. Banyak orang Armenia yang berziarah ke Yerusalem setelah masuk Kristen pada awal abad ke-301. Mereka telah membangun sebagian dari Biara Sourp Hagop pada 420 Masehi. Pada abad keenam, orang-orang Armenia telah membangun 66 lembaga keagamaan di Yerusalem.


Pada 626 Masehi , Patriark Armenia Abraham I dari Yerusalem, melihat kebangkitan kekuatan Muslim dari Arabia. Ia kemudian berangkat ke Madinah dengan delegasi 40 orang terkemuka Armenia untuk bertemu dengan Nabi Muhammad untuk mendapatkan perlindungannya. Sejarawan mengira-ngira bahwa bisa jadi rombongan itu ke Madinah bersama kaum Kristen dari Najran.


Harboyan melaporkan bahwa Nabi telah menyambut para tamu Armenia dengan rasa hormat, dan kebaikan, serta mendengarkan saran Patriark Abraham I. Delegasi Armenia menyatakan ketundukannya kepada Nabi, kesiapan untuk bekerja sama dengannya, dan meminta perlindungannya.


Di akhir pertemuan, Nabi Muhammad SAW mengeluarkan ketetapan. 


“Saya, Muhammad bin Abdullah, nabi dan hamba Allah. Saya memberi hormat kepada Patriark Abraham, saya menghormati dia dan semua uskup agung, uskup, dan imam di Yerusalem, Damaskus, dan wilayah Arab; dengan kata lain, orang-orang yang tunduk pada Yerusalem, seperti orang Etiopia, Koptik, dan Asiria. Saya menjamin keamanan biara, gereja, pusat pendidikan, properti dan tanah mereka. 


Saya, Nabi Muhammad, dengan kesaksian Allah, dan 30 orang di sekitar saya, saya memberikan perlindungan dan perlindungan saya, dan saya memberikan restu saya kepada gereja-gereja Armenia, di manapun mereka berada, di seluruh Yerusalem, Makam Suci Kristus, Sirp Gereja Hagop, Gereja Betlehem, semua rumah doa, biara, jalan Golgota, dan tempat suci. Saya juga mengamankan dan memastikan bahwa perlindungan saya juga meliputi bukit-bukit, lembah-lembah Kristen, dan lembaga-lembaga penghasil pendapatan Kristen. Saya nyatakan semua ini atas nama saya sebagai Nabi dan atas nama umat Islam.”


Nabi Muhammad menginstruksikan penerusnya untuk menghormati keputusannya dan melaksanakannya secara detail. Hadir dalam pertemuan itu adalah Umar bin Khattab yang menjadi salah satu penerus Nabi dan mengeluarkan ketetapan serupa yang mengukuhkan ketetapan Nabi.


Dengan demikian, dekrit Nabi menjadi dokumen resmi pertama yang menegaskan status Patriarkat Armenia di Yerusalem. Meski mushaf asli tersebut tidak dapat ditemukan di arsip Patriarkat. Namun, salinan kekuningan ada di Museum Mardigian milik Patriarkat di atas.


Selain itu, keabsahan ketetapan Rasulullah itu nyata dalam kebijakan khalifah setelahnya maupun para penguasa Muslim... baca halaman selanjutnya


Ketika Umar mengambil menjabat khalifah pada 634 M, ia mengangkat Abu Ubaidah sebagai panglima tentara. Pasukan Abu Ubaidah menyerang Damaskus dan Yerusalem. Patriark Yunani Sophronius dan Patriark Armenia Krikor bertemu dengan Abu Ubaidah dan memberitahunya bahwa menduduki Yerusalem akan membuat marah Tuhan, karena Yerusalem adalah kota suci. Abu Ubaidah melaporkan kepada Khalifah Umar tentang pertemuannya dengan kedua patriark tersebut. 


Umar secara pribadi datang ke Yerusalem. Saudara laki-laki Patriark Yunani bertemu dengan Umar dan mengingatkannya tentang ketetapan Nabi Muhammad SAW. Umar kemudian mengeluarkan ketetapannya sendiri dan membenarkan ketetapan Nabi. Umar memasuki Yerusalem bersama para pengikutnya, mengunjungi tempat-tempat keagamaan, dan menyarankan untuk membangun Masjid di sebidang tanah di sebelah gereja makam Kristus. Masjid ini dibangun pada tahun 935 dan diberi nama “al-Umari.” Omar mengizinkan kebebasan beribadah umat Kristiani, namun melarang membunyikan lonceng gereja.


Khulafaur rasyidin terakhir, Ali bin Abi Thalib juga mengeluarkan dekrit untuk orang-orang Armenia di Yerusalem, membenarkan dekrit Rasulullah dan Umar sebelumnya.


Pada 1097, Tentara Salib menyerbu dan menduduki Yerusalem. Pada 1187, Salahuddin al Ayyubi yang berkebangsaan Kurdi dan keluarganya berasal dari Dvin di Armenia, merebut Yerusalem dari Tentara Salib dan mengusir mereka dari kota tersebut. Dia mengambil alih semua gereja Latin di Yerusalem dan melarang kebaktian gereja. Namun, dia memberikan kebebasan sebagian kepada orang Armenia.


Patriark Armenia Abraham II bersama sekelompok pendeta bertemu dengan Salahuddin dan menunjukkan kepadanya ketetapan Nabi Muhammad SAW. Salahuddin kemudian mengeluarkan ketetapan sendiri yang melanjutkan ketetapan yang dikeluarkan Nabi dan Khalifah Umar dan Ali. 


“Sebagaimana junjungan kami 'Umar Ibn al-Khaṭṭāb radhiyallahu 'anhu tunduk pada kehendak Muhammad, kami juga harus mematuhi dan mengikuti jalannya. Di antara umat Kristen, mereka [Muḥammad dan ‘Umar] memutuskan untuk menunjuk orang-orang Armenia dan rekan seagama mereka sebagai orang-orang Etiopia, Koptik, dan Kristen Suriah, sebagai subyek Rasulullah (SAW). Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Dan kami mengikuti keputusan itu,” bunyi ketetapan Salahuddin dalam arsip yang tersimpan.

×