Presiden Jokowi memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Blok Rokan, Dumai, Riau, Sabtu (1/6). Dalam upacara tersebut, dia menyinggung blok ini sebagai blok minyak dan gas terbesar dalam sejarah perminyakan Indonesia yang hampir 100 tahun dikuasai asing.
Selama 97 tahun Blok Rokan dikelola perusahaan migas asal Amerika Serikat, Caltex dan Chevron. Tapi sejak di 2021, Indonesia merebutnya dan kini dipegang penuh PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
"Kita ambil alih Blok Rokan ini di Dumai yang merupakan blok migas paling produktif dalam sejarah perminyakan Indonesia, yang sudah dikelola perusahaan asing Caltex dan Chevron selama 97 tahun. Kita harapkan kehadiran Pancasila sebagai pembebas dari ketergantungan kita pada pihak asing," katanya dia.
Blok Rokan, menurut dia, patut dikuasai Indonesia 100 persen karena posisinya sangat strategis untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri. Dengan dikendalikan Pertamina, kata dia, manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat, terutama di Riau.
Jokowi ingin setelah Blok Rokan dipegang Pertamina, produksinya bisa meningkat, bahkan lebih tinggi dibandingkan saat dipegang Chevron. Berdasarkan laporan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, produksi dari blok ini sudah mencapai 162 ribu barel per hari.
"Ini lebih tinggi dari saat dikelola oleh Caltex maupun Chevron dan merupakan 25 persen dari seluruh produksi nasional Indonesia. Blok Rokan, blok paling besar," lanjutnya.
Selain Blok Rokan, aset lain yang selama puluhan tahun dikuasai asing dan kini sudah kembali ke Ibu Pertiwi adalah tambang Freeport di Papua. Sejak 2018, pemerintah berhasil menguasai 51 persen saham tambang yang selama puluhan tahun dipegang Freeport McMoran asal AS.
"Freeport dan Blok rokan hanyalah sedikit contoh dari semangat dan upaya kita untuk kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan nyata, membangun ekonomi yang berpihak pada kepentingan nasional berdiri di atas kekuatan kita sendiri," tegasnya.