Seorang mantan mata-mata Israel, Gonen Ben Itzhak, menyampaikan kekhawatirannya tentang masa depan Israel di bawah pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Mantan agen Badan Intelijen Shin Bet juga meminta Netanyahu untuk segera mengundurkan diri.
“Netanyahu benar-benar merupakan bahaya terbesar bagi negara Israel, dan percayalah, saya telah menangkap beberapa teroris terbesar selama Intifada Kedua,” kata pria berusia 53 tahun itu kepada AFP di rumahnya.
Intifada Kedua adalah kasus pemberontakan Palestina pada 2000-2005.
"Saya tahu apa itu teroris. Saya pikir Netanyahu sedang menyeret Israel ke dalam kehancuran,” tambahnya.
Ben mengaku, putra salah satu pendiri Hamas sempat menjadi informannya untuk mencegah serangan di Tepi Barat.
Usai pensiun, dirinya rutin melakukan protes di jalanan terhadap Netanyahu dan pemerintahan koalisi sayap kanannya.
Dia menyoroti ketegangan Netanyahu dengan Presiden AS Joe Biden baru-baru ini sebagai contoh mengapa banyak orang percaya bahwa pemimpin Israel harus mundur.
“Biden adalah pendukung terbesar Israel dan Netanyahu meludahi wajahnya,” kata Ben.
“Dia menghancurkan hubungan yang sangat penting dengan Amerika Serikat.”
Ben Itzhak bergabung dengan lembaga keamanan pada 1990-an setelah pembunuhan Perdana Menteri Yitzhak Rabin. Kini dirinya dikenal sebagai tokoh utama dalam protes terhadap Netanyahu.
Dia adalah bagian dari gerakan "Menteri Kejahatan", dan pernah mengadang iring-iringan mobil perdana menteri selama protes anti-korupsi pada 2018.
Bertahun-tahun sebelum protesnya, Ben pernah berurusan dengan Mosab Hassan Yousef yang dikenal sebagai "Pangeran Hijau". Dia merupakan keturunan tertua salah satu pendiri Hamas, Sheikh Hassan Yousef.
Ben bekerja dengan kolaborator Hamas untuk mengikuti militan Palestina dalam menggagalkan operasi bunuh diri, termasuk menangkap tokoh Fatah yang dipenjara, Marwan Barghouti.
Menurut Ben, serangan 7 Oktober bisa dicegah jika agen ganda seperti Yousef melaporkan rencana tersebut.
"Anda memerlukan informasi dari aset lama dan memberi tahu anda ada sesuatu yang tidak beres. Dan sepertinya kami tidak memilikinya," katanya.
“Kami menganggap musuh kami bodoh. Pada akhirnya, Hamas lebih pintar. Sulit untuk mengatakannya,” tambah Ben, seperti dikutip dari AFP.
Sebelumnya, Netanyahu telah menegaskan kembali bahwa pasukan Israel akan melenyapkan Hamas.
“Kami tidak akan mengakhiri perang (di Gaza) sampai kami melenyapkan Hamas, dan sampai kami mengembalikan penduduk di wilayah selatan dan utara ke rumah mereka dengan aman,” ungkap Netanyahu kepada parlemen, Senin (24/6).