Bitcoin (BTC) belum mendapatkan momentum kenaikan setelah halving yang berlangsung pada 20 April lalu sehingga saat ini mata uang kripto terpopuler itu diperdagangkan di kisaran US$65.000 atau Rp 1,06 miliar. Tokocrypto menilai Bitcoin gagal membangun momentum kenaikan meski ada peluncuran ETF Bitcoin dan Ethereum (ETH).
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan persetujuan ETF Bitcoin spot yang disusul dengan ETF Ethereum spot merupakan faktor bullish yang cukup untuk memicu reli harga Bitcoin. Bahkan, kedua peristiwa tersebut bisa mendorong kenaikan pasar kripto yang lebih luas. Namun, penundaan dalam pencatatan ETF ETH spot berdampak negatif pada sentimen bullish.
"Kepercayaan investor terhadap pasar kripto menurun karena penundaan penurunan suku bunga oleh The Fed," ujar Fyqieh, dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (21/6). The Fed merevisi rencana pemangkasan suku bunga acuannya dari tiga kali menjadi hanya satu kali pada akhir tahun ini. Fyqieh menyebut hal ini menyebabkan reli harga Bitcoin akan melambat sampai akhir tahun ini.
Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto mencapai US$2,77 triliun (Rp 45,43 kuadriliun) per Maret 2024. Sejak saat itu, investor kripto telah kehilangan lebih dari US$400 miliar (Rp 6,56 kuadriliun) karena kapitalisasi pasar anjlok menjadi US$2,33 triliun (Rp 38,2 kuadriliun).
Menurut Fyqieh, pasar bullish Bitcoin telah mereda karena kekhawatiran makroekonomi sehingga investor institusi menjauh. Arus dana masuk ke ETF Bitcoin tercatat negatif selama empat hari berturut-turut sejak 17 Juni. Hal ini menyebabkan sentimen negatif di pasar kripto. Ketidakpastian investor terhadap sikat The Fed dan tren aliran ETF Bitcoin spot AS memengaruhi permintaan pembeli terhadap Bitcoin.
Pergerakan Harga Ethereum
Di saat Bitcoin turun, Ethereum mengungguli pasar kripto yang lebih luas. Investor bereaksi terhadap berita yang menyebutkan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) mengakhiri penyelidikannya terhadap Ethereum.
Pengumuman itu kemungkinan bakal memfasilitasi peluncuran pasar ETF ETH spot di AS dalam waktu dekat. Perkembangan positif saat in dapat menyebabkan peningkatan permintaan dan berpotensi mendorong harga lebih tinggi.
"Potensi kenaikan ini dapat dilihat dari arus masuk ETF yang diantisipasi, tidak hanya akan berdampak pada harga Ethereum, namun juga mempercepat pertumbuhan, adopsi, dan likuiditas yang tersedia untuk protokol DeFi yang dibangun dalam ekosistem ETH," kata Fyqieh.
Ketika Ethereum memperkuat posisinya, permintaan akan staking dan pengembangan dApps yang memungkinkan interaksi di berbagai blockchain Ethereum kemungkinan meningkat. Secara historis, ETF Bitcoin yang diluncurkan pada Januari lalu menarik arus masuk US$58 miliar dalam enam bulan pertama perdagangan.
Jika ETF Ethereum menarik setengah dari dana yang masuk ke ETF Bitcoin, investor dapat mengantisipasi aliran masuk modal lebih dari US$20 miliar dalam beberapa bulan mendatang.
Fyqieh menyebut ETF Ethereum bisa menjadi katalis untuk harga tertinggi baru ETH di sekitar US$5.000-US$6.000 (Rp 82 juta-Rp 98,4 juta) dalam jangka pendek. ETF Ethereum berpotensi menarik basis investor yang lebih luas dan meningkatkan legitimasi pasar. Perkembangan pasar keuangan yang terdesentralisasi di dalam jaringan (DeFi) juga akan menjadi sentimen lain dari pendorong harga ETH di masa depan.