Pasukan Sparta sering disebut sebagai pasukan kuat dan hebat dalam sejarah dunia.
Hal itu pun menimbulkan berbagai pertanyaan, apa sih yang menyebabkan titel itu bisa disematkan pada pasukan Sparta.
Ada beberapa yang memengaruhinya. Salah satunya adalah obsesi terhadap perang dan pemikiran militer mereka. Tapi tentu saja ada hal lain di luar itu.
Pelatihan sejak dini
Metode efektif untuk mengembangkan pejuang terhebat adalah dengan fokus membangun budaya militer yang mendukung.
Ketika ada ada anak laki-laki Sparta yang lahir, mereka sudah ditentukan kelayakannya apakah cukup kuat untuk suatu hari menjadi prajurit di pasukan Spartan atau tidak.
Mengutip Science ABC, jika mereka dianggap tidak layak, maka anak laki-laki akan dibunuh karena kelemahan tidak ditoleransi dalam masyarakat Sparta.
Pada usia 7 tahun, anak laki-laki mengikuti pelatihan militer yang disebut agoge.
Selama dua puluh tahun berikutnya atau lebih, para pemuda Sparta mendapatkan latihan mengenai sejarah militer, taktik, strategi, dan keterampilan bertarung.
Sifat Sparta yang suka berperang, terutama terhadap wilayah tetangganya, membuat mereka selalu berada dalam kondisi siaga, sehingga pasokan tentara yang berbakat dan setia secara terus-menerus sangatlah penting.
Pemuda yang tidak lulus agoge pada usia tiga puluh tahun tidak akan dijadikan warga negara penuh (Spartiates) negara Sparta, dan tidak akan diberikan tanah sebagai imbalan atas dinas militer mereka.
Jika seseorang menjadi warga negara penuh Sparta, dia tidak boleh mengambil profesi lain yang akan mengalihkan perhatian dan tanggung jawabnya sebagai pejuang.
Trik prajurit Sparta
Prajurit mereka tidak hanya terlatih dengan baik, tetapi mereka juga didisiplinkan dan diajari untuk bertarung dalam kelompok yang bersatu.
Mereka menggunakan formasi phalanx, yang terdiri dari sekelompok orang dalam formasi persegi panjang yang rapat dan ditutupi seluruhnya dengan perisai besar di setiap sisinya.
Phalanx ini akan bekerja sebagai kelompok yang kohesif, di mana pengguna tombak akan menempatkan tombak mereka di atas garis ketat perisai besar, membuat serangan ke depan terhadap formasi tersebut menjadi sangat mematikan.
Jika ada orang di barisan phalanx yang terjatuh, dia akan segera digantikan oleh orang lain dari belakang.
Ini bukanlah strategi yang unik di Yunani kuno, namun kekuatan Spartan dan kehebatan militeristik membuat barisan mereka tidak dapat dipatahkan dan membantu mempertahankan diri dari banyak musuhnya.
Perlengkapan perang Spartan
Prajurit Sparta menggunakan perisai yang disebut hoplon, pelindung dada perunggu, helm yang dilengkapi pelindung pipi, pelindung kaki, dan pelindung tulang kering.
Perisainya sendiri terbuat dari perunggu dan kayu dan melindungi prajurit dari dagu hingga lutut.
Sedangkan untuk senjata, Spartan lebih menyukai penggunaan tombak yang disebut doru. Tombak ini memiliki ujung tombak di satu ujung dan paku di ujung lainnya.
Setiap prajurit juga membawa pedang pendek yang disebut xiphos, yang memiliki bilah agak melengkung dan membantu Spartan bertarung dalam situasi pertempuran jarak dekat.
Banyak prajurit Sparta juga membawa lembing untuk menembus baju besi musuh yang mendekat.
Kepemimpinan, loyalitas, dan warisan Spartan
Seperti disebutkan sebelumnya, prajurit Sparta tidak hanya diajari cara bertarung, tetapi juga dengana rasa hormat serta pengabdian terhadap bangsa mereka.
Terlebih lagi, dengan adanya musuh yang terus mendesak dari berbagai pihak, membuat bangsa Sparta harus memiliki pola pikir searah.
Dan hierarki serta struktur sosial yang ketat membuat prajurit dan warga Sparta lainnya tetap sejalan.