Abu Obeida, juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Hamas, pada Sabtu malam (11/5/2024) mengumumkan kabar kematian seorang sandera yang mereka tahan.
Tahanan tersebut diidentifikasi sebagai Nadav Boublabel, 51 tahun dan memegang kewarganegaraan Inggris.
Abu Ubaida menyatakan, Nadav Boublabel mengalami luka-luka saat pesawat tempur Israel menargetkan tempat penahanannya lebih dari sebulan yang lalu, bersama dengan tahanan Judy Feinstein.
"Kondisi kesehatannya memburuk dan dia meninggal karena dia tidak menerima perawatan medis intensif di pusat-pusat perawatan akibat penghancuran rumah sakit di Jalur Gaza oleh musuh dan tidak berfungsi lagi," kata Abu Obeida.
Susun Ulang Kekuatan di Gaza Utara
Di sisi lain, surat kabar Ibrani Haaretz, juga pada Sabtu, melaporkan kalau kekuatan gerakan perlawanan Palestina Hamas dan brigade (perlawanan) yang termasuk di dalamnya masih memiliki kemampuan untuk melawan pendudukan, dan bahkan menyusun kembali barisannya.
Surat kabar tersebut mengutip sumber militer Israel yang mengatakan bahwa Hamas telah mengatur ulang barisannya di Jalur Gaza utara.
Hal ini terjadi ketika Khalil Al-Hayya, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan pada hari Jumat bahwa Presiden Palestina Mahmoud Abbas menginginkan ketenangan dan kesepakatan nyata untuk menukar sandera dengan tahanan, namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin perang terus berlanjut.
Al-Hayya menambahkan, "Hamas tidak berkomentar atau menarik diri dari perundingan. Sebaliknya, pendudukan berbalik menentang usulan mediator."
Gerakan Palestina mengatakan pada hari Jumat bahwa upaya yang bertujuan untuk menyetujui gencatan senjata di Jalur Gaza telah kembali ke titik awal setelah Israel secara efektif menolak proposal yang diajukan oleh para mediator.
IDF Incar Jabalia
Terkait informasi re-grouping Hamas di Gaza Utara, Militer Israel sedang bersiap melancarkan operasi baru di Jabaliya, Gaza utara.
Rencana ini diklaim setelah Israel mengidentifikasi upaya Hamas untuk berkumpul kembali di sana.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memperkirakan ada antara 100.000 dan 150.000 warga Palestina di zona evakuasi.
Mereka telah diminta untuk pindah ke tempat penampungan di bagian barat Kota Gaza.
Diberitakan The Times of Israel, ini akan menjadi kedua kalinya IDF beroperasi di Jabaliya, setelah mereka melancarkan operasi pada bulan-bulan pertama serangan darat Israel terhadap Hamas.
IDF kemudian menarik diri dari Gaza utara.
Adapun perintah evakuasi dikeluarkan ketika IDF terus beroperasi di lingkungan Zaytoun di Kota Gaza, setelah mengidentifikasi Hamas yang berkumpul kembali di sana.
Dilansir Al Jazeera, menyusul perintah evakuasi terbaru Israel untuk beberapa bagian Rafah, Louise Wateridge, manajer komunikasi UNRWA, mengatakan sejauh ini diperkirakan 150.000 orang telah meninggalkan Rafah.
“Ke mana pun Anda melihat di Rafah barat pagi ini, keluarga-keluarga sedang berkemas. Jalanan terasa kosong,” tulis Wateredge di X.
Para saksi mata di Rafah membenarkan bahwa pihak berwenang Israel menyebarkan selebaran dan menelepon untuk meminta perintah evakuasi lebih lanjut.
Mereka kini memerintahkan warga untuk mengungsi dari wilayah tengah Rafah, tidak hanya wilayah timur yang menjadi tempat pertempuran berkecamuk.
Sebelumnya, perintah evakuasi dikeluarkan untuk Shaboura dan sekitar Rumah Sakit Kuwait.
Masyarakat disuruh mengungsi karena kawasan ini di masa depan akan menjadi zona operasi militer tentara Israel.
Situasinya pun disebut sangat mengerikan.
Kini, tank-tank Israel telah mencapai Jalan Salahuddin yang melintasi Rafah, membagi pusatnya dari lingkungan timur yang dievakuasi sebelum Israel merebut perbatasan Rafah dengan Mesir pekan lalu.
Hal ini diungkapkan oleh para saksi mata di Rafah kepada The Guardian.
Di sebelah barat kota, yang belum terkena dampak langsung akibat pertempuran baru-baru ini, banyak yang sudah berencana melarikan diri.
Seorang perempuan, yang telah tinggal di Rafah barat selama enam bulan setelah melarikan diri dari pertempuran di utara Gaza pada bulan November, mengatakan:
"Tetangga dan teman-teman kami sudah lama mencari tempat untuk berjaga-jaga kalau-kalau terjadi sesuatu, tetapi sejak selebaran itu dibagikan pagi ini, mereka takut dan cemas."
"Mereka sudah mulai membongkar tenda dan menyiapkan barang-barang untuk transportasi."
Update Perang Israel-Hamas
Laporan Departemen Luar Negeri AS mengatakan penggunaan senjata yang disediakan AS di Gaza oleh Israel kemungkinan besar melanggar hukum kemanusiaan internasional, namun Washington akan terus memasok senjata ke Israel untuk saat ini.
Anggota Dewan Keamanan PBB menyerukan penyelidikan independen dan komprehensif terhadap kuburan massal di Gaza di mana ratusan jenazah ditemukan di sekitar Rumah Sakit Nasser dan al-Shifa.
Tank-tank Israel menutup Rafah dari selatan dan menyelesaikan pengepungan “zona merah”, di mana militer Israel telah memerintahkan 100.000 warga Palestina yang mengungsi untuk mengungsi ketika kabinet perang Israel mengizinkan perluasan operasi di kota selatan.
Setidaknya 34.971 orang telah tewas dan 78.641 luka-luka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Revisi jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober mencapai 1.139 orang dengan puluhan orang masih ditawan.