Walid Daqqah (62), warga Palestina yang mendekam 38 tahun di penjara Israel karena hubungannya dengan kelompok pembunuh tentara Israel, meninggal pada Minggu (7/4/2024) karena kanker.
Dikutip dari kantor berita AFP, Daqqah meninggal di pusat medis Shamir dekat Tel Aviv. Dia didiagnosis menderita kanker sumsum tulang langka pada Desember 2022 dan sebelumnya menderita leukemia.
Ia ditangkap pada Maret 1986 dan dipenjara karena menjadi anggota sel bersenjata Front Populer untuk Pembebasan Palestina, yang disalahkan atas penculikan serta pembunuhan tentara Israel pada 1984.
Hukuman seumur hidupnya dikurangi menjadi 37 tahun, tetapi kemudian dijatuhi dua tahun tambahan pada 2018 karena hendak menyelundupkan ponsel ke penjara. Dia dijadwalkan bebas pada Maret 2025.
Permintaan pembebasan bersyarat medisnya ditolak, menurut Palestinian Prisoners Club yaitu asosiasi warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Sementara itu, Amnesty International pada Sabtu (6/4/2024) mengulang permintaan pembebasannya.
“Sejak 7 Oktober 2023, Walid Daqqah disiksa, dipermalukan, kunjungan keluarga ditolak dan semakin banyak diabaikan secara medis,” kata Amnesty.
Mesir Jadi Tuan Rumah Perundingan Baru Usai Pasukan Israel Pergi dari Gaza Selatan
Nikaragua Seret Jerman ke Mahkamah Internasional, Tuding Fasilitasi Genosida Israel di Gaza
Tahanan Palestina paling terkenal di Israel adalah Marwan Barghouti, mantan pemimpin Fatah yang berperan dalam serangan anti-Israel pada awal 2000-an. Ia telah menghabiskan 20 tahun di balik jeruji besi.
Para pendukungnya berharap dia dibebaskan sebagai bagian pertukaran tahanan yang disepakati pada November 2023 antara Israel dan Hamas, beberapa minggu setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Namun, tidak ada kesepakatan lebih lanjut yang dicapai meskipun negosiasi tidak langsung ditengahi oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir.