Israel pada Jumat (12/4/2024) bersiap-siap untuk menghadapi serangan dari Iran atau proksinya.
Hal itu dilakukan seiring dengan meningkatnya peringatan akan adanya pembalasan atas pembunuhan seorang perwira senior di Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada pekan lalu.
Negara-negara termasuk India, Perancis, Polandia, dan Rusia telah memperingatkan warga negara mereka agar tidak melakukan perjalanan ke Israel.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan bahwa ancaman dari Iran adalah nyata dan mungkin terjadi.
Militer Israel mengatakan belum mengeluarkan instruksi baru kepada warga sipil, namun meminta mereka untuk tetap waspada.
"Selama beberapa hari terakhir, militer telah melakukan penilaian situasi dan menyetujui rencana untuk berbagai skenario menyusul laporan dan pernyataan mengenai serangan Iran," kata Juru Bicara Militer Israel Daniel Hagari dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi pada Jumat, sebagaimana dilansir Reuters.
Di samping itu, muncul laporan bahwa beberapa misi diplomatik Israel telah dievakuasi sebagian dan keamanan ditingkatkan.
"Pembalasan akan datang. Untuk saat ini, premisnya adalah bahwa hal itu akan terjadi dalam waktu dekat, dalam beberapa hari ke depan," tulis surat kabar harian terbesar di Israel, Yedioth Ahronoth.
Israel sendiri tidak mengaku bertanggung jawab atas serangan udara pada 1 April yang menewaskan Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi, seorang komandan senior di Pasukan Quds luar negeri Korps Garda Revolusi Iran, dan enam perwira lainnya ketika mereka menghadiri pertemuan di kompleks konsulat Damaskus.
Namun pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan bahwa Israel harus dihukum atas operasi yang menurutnya setara dengan serangan terhadap tanah Iran.
"Akan sangat sulit bagi Iran untuk tidak membalas," kata Raz Zimmt, peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional Israel.
"Saya masih percaya bahwa Iran tidak ingin terlibat dalam konfrontasi militer langsung berskala besar terhadap Israel, dan tentu saja tidak dengan Amerika Serikat. Tapi mereka harus melakukan sesuatu," tambahnya.
Pada Jumat, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Panglima Angkatan Darat Israel Jenderal Herzi Halevi mengadakan pertemuan dengan Kepala Komando Pusat Amerika Serikat (AS) Jenderal Michael Kurilla yang sedang berkunjung untuk mengoordinasikan kemungkinan serangan Iran.
Sumber-sumber Iran dan diplomat dari Amerika Serikat, pelindung utama Israel, mengatakan bahwa Teheran telah memberi isyarat kepada AS bahwa mereka ingin menghindari eskalasi dan tidak akan bertindak terburu-buru.
Namun, risikonya tetap ada, yaitu respons apa pun dapat menjadi tidak terkendali.
Karena Iran memandang serangan kedutaan tersebut setara dengan serangan terhadap wilayahnya sendiri, Zimmt menilai serangan langsung ke wilayah Israel oleh Iran sendiri dan bukan oleh proksi seperti Hezbollah di Libanon adalah kemungkinan yang nyata.
Iran memiliki rudal yang mampu menghantam Israel secara langsung dan dalam beberapa minggu terakhir, Israel telah memperkuat pertahanan udaranya, yang telah mencegat ribuan roket yang ditembakkan oleh Hamas dari Gaza dan Hezbollah dari Lebanon.
Di sisi lain, Militer Israel telah memanggil kembali pasukan cadangan dalam persiapan untuk setiap eskalasi di sepanjang perbatasan utara, di mana mereka bertukar tembakan hampir setiap hari dengan Hezbollah.
Pada Jumat, sekitar 40 peluncuran roket diidentifikasi menyeberang ke Israel dari Lebanon, yang sebagian besar berhasil dicegat dan sisanya jatuh di tanah terbuka tanpa menyebabkan cedera.
Militer Israel telah menarik sebagian besar pasukannya dan kendaraan lapis baja dari Gaza.
Para menteri mengatakan langkah ini dilakukan sebelum serangan yang telah lama dijanjikan ke kota Rafah, tempat ribuan pejuang Hamas diyakini berada di sana.
Di Israel, meskipun tidak ada instruksi keamanan resmi, beberapa orang tua mengatakan bahwa anak-anak mereka telah diberitahu untuk membawa buku-buku ke rumah untuk liburan sekolah Paskah sebagai persiapan untuk kemungkinan gangguan pelajaran.