Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan partainya mendapat pukulan telak dalam Pilkada Turki setelah kalah dalam pemungutan suara di sejumlah kota besar dengan partai oposisi pada Minggu (31/3/2024).
Melansir Reuters, Senin (1/4/2024), Walikota Istanbul Ekrem Imamoglu mengukuhkan posisinya kembali setelah memenangkan pemungutan suara di kota Istanbul. Imamoglu memimpin dengan 10 poin persentase.
Sementara itu, Partai Rakyat Republik (CHP) yang dipimpim Imamoglu juga mempertahankan mayoritas di Ankara dan mendapatkan 15 kursi walikota lainnya di kota-kota lain di seluruh negeri.
Ini merupakan kekalahan terburuk bagi Erdogan dan Partai AK (AKP) selama lebih dari dua dekade berkuasa, dan dapat menandakan perubahan dalam lanskap politik yang terpecah belah di negara ini. Erdogan menyebutnya sebagai "titik balik" dalam pidato tengah malam.
Erdogan dan AKP bernasib lebih buruk dari perkiraan dalam jajak pendapat karena melonjaknya inflasi dan ketidakpuasan para pemilih Islamis. Di Istanbul, Imamoglu menjadi daya tarik bagi pendukung sekuler.
"Mereka yang tidak memahami pesan bangsa pada akhirnya akan kalah," kata Imamoglu kepada ribuan pendukungnya yang bergembira pada hari Minggu malam, beberapa dari mereka meneriakkan agar Erdogan mengundurkan diri.
"Malam ini, 16 juta warga Istanbul mengirimkan pesan kepada rival-rival kita dan presiden," ujar mantan pengusaha ini.
Erdogan, yang pada tahun 1990-an juga menjabat sebagai walikota Istanbul, telah berkampanye dengan gencar menjelang pemilihan umum kotapraja, yang oleh para analis digambarkan sebagai pengukur dukungan dan daya tahan oposisi.
Berbicara di hadapan massa yang berkumpul di markas besar AKP di Ankara, ibukota Turki, Erdogan mengatakan bahwa aliansinya telah "kehilangan dukungan" di seluruh negeri dan akan mengambil langkah-langkah untuk menjawab pesan dari para pemilih.
"Jika kami melakukan kesalahan, kami akan memperbaikinya" di tahun-tahun mendatang, katanya. "Jika ada yang kurang, kami akan melengkapinya."
Di tempat lain di Ankara, ribuan pendukung lainnya sebelumnya melambaikan bendera Turki dan bendera partai untuk sebuah pidato dari Walikota CHP Mansur Yavas yang terpilih kembali, yang mengalahkan penantangnya dari AKP.
Berdasarkan 92,92% kotak suara yang telah dibuka di Istanbul, kota terbesar di Eropa dan mesin ekonomi negara tersebut, Imamoglu mendapatkan 50,92% dukungan dibandingkan dengan 40,05% dukungan untuk Murat Kurum dari AKP.
Jajak pendapat sebelumnya memprediksi persaingan ketat di Istanbul dan kemungkinan kekalahan CHP di seluruh negeri.
Namun, sebagian hasil resmi yang dilaporkan oleh kantor berita pemerintah Anadolu Agency menunjukkan bahwa AKP dan sekutu utamanya kehilangan kursi walikota di 19 kota besar termasuk kota besar Bursa dan Balikesir di wilayah barat laut yang merupakan pusat industri.
CHP memimpin secara nasional dengan selisih hampir 1% suara. Ini merupakan kemenangan pertama kalinya dalam 35 tahun terakhir, demikian hasil survei menunjukkan.
Asisten profesor ilmu politik Universitas Bogazici Istanbul Mert Arslanalp mengatakan bahwa ini adalah "kekalahan pemilu terberat" bagi Erdogan sejak ia berkuasa pada tahun 2002.
"Imamoglu menunjukkan bahwa ia dapat menjangkau seluruh perpecahan sosial-politik yang mendalam yang mendefinisikan pemilih oposisi Turki bahkan tanpa dukungan institusional mereka," katanya.