McDonald's akan membeli kembali semua restorannya di Israel menyusul aksi boikot massal terhadap merek tersebut. Aksi boikot dilakukan masyarakat di berbagai belahan dunia sebagai respons terhadap perang di Gaza.
Dikutip dari Al Jazeera, raksasa makanan cepat saji itu mengatakan pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan pewaralaba Israel Alonyal untuk membeli 225 gerai di Israel, Kamis (4/4).
Penjualan McDonald’s merosot tajam di Timur Tengah setelah perushaan Israel Alonyal menyumbangkan ribuan makanan kepada tentara Zionis.
Meskipun sebagian besar restoran McDonald’s dimiliki dan dijalankan secara lokal, merek tersebut menghadapi seruan boikot di seluruh wilayah dan negara-negara mayoritas Muslim seperti Malaysia dan Indonesia.
CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, menganggap kampanye boikot tersebut sebagai disinformasi atas sikap perusahaan terhadap perang.
Ia melihat kampanye itu sebagai tindakan yang mengecewakan dan tidak berdasar. McDonald's klaim 40.000-an toko di seluruh dunia sebagian besar dijalankan secara independen.
“Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, McDonald’s dengan bangga diwakili oleh operator pemilik lokal,” kata Kempczinski, seperti dikutip BBC.
"Selama perang ini masih berlangsung, kami tidak memperkirakan akan melihat adanya perbaikan yang signifikan (di pasar-pasar ini)," tambah bos McDonald's tersebut.
Dengan mengambil kembali bisnis Israel, perusahaan berharap dapat memulihkan reputasinya di mata dunia, utamanya Timur Tengah, dan memenuhi target penjualannya.
Saat ini setidaknya 33.037 warga Palestina telah terbunuh dan 75.668 terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober mencapai 1.139 orang, dengan puluhan orang masih ditawan.